EmitenNews.com—APBN mencatatkan defisit fiskal pertama di tahun 2022 pada Oktober yang mencapai Rp169,5 triliun (1,0% dari PDB; sebelumnya surplus 0,3% dari PDB). Defisit disebabkan pendapatan negara yang tumbuh sedikit lebih lambat sebesar 44,5% (YoY) (Sep’22 tumbuh 45,8% YoY), sementara pengeluaran negara tumbuh lebih tinggi, yaitu 14,2% (YoY) (Sep’22 tumbuh 5,9% YoY) yang disebabkan oleh pengeluaran kompensasi dan subsidi yang lebih tinggi. 


Belanja kompensasi Bahan bakar yang tumbuh jauh lebih tinggi, yaitu sebesar 945% (YoY) (Sep’22 tumbuh 354% YoY). Belanja barang dan modal masih terkontraksi, masing-masing -18% dan -9,5% (YoY) (sebelumnya -17,6% dan -10% YoY) karena menurunnya belanja terkait pandemi. Defisit yang terjadi masih di bawah batas target Kemenkeu yang mencapai 4,5% dari PDB.


Uang beredar dalam arti luas (M2) pada Okt’22 meningkat 9,8% (YoY) dari Rp7.491,7 triliun menjadi Rp8.222,2 triliun (Sep’22 tumbuh 9,1% (YoY)). Perkembangan ini didorong oleh pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) sebesar 14,9% (YoY). 


Kenaikan Pertumbuhan M2 pada Okt’22 utamanya didorong oleh pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 11,7% (YoY) (Sep’22 tumbuh 10,8% (YoY)) sejalan dengan perkembangan penyaluran kredit produktif, seperti kredit investasi (tumbuh 14,2% YoY), dan kredit modal kerja (tumbuh 12,2% YoY). Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), pada Okt’22 tercatat Rp7.681,9 triliun atau tumbuh 10,0% (YoY) (Sep’22 tumbuh 7,7% YoY).


Hasil Survei Permintaan Penawaran Pembiayaan Perbankan oleh Bank Indonesia (BI) pada Oktober 2022 menunjukkan pertumbuhan yang positif. Dari sisi korporasi, kebutuhan pembiayaan korporasi pada Okt’22 terindikasi tumbuh positif, meskipun melambat dibandingkan bulan sebelumnya akibat penurunan kegiatan operasional karena lemahnya permintaan domestik dan ekspor. 


Kebutuhan pembiayaan korporasi utamanya dipenuhi dari dana sendiri yang masih menjadi mayoritas sumber, diikuti pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik, pinjaman/utang dari perusahaan induk, dan penambahan kredit baru ke perbankan dalam negeri. Dari sisi rumah tangga, kebutuhan pembiayaan baru oleh rumah tangga terindikasi tumbuh positif pada Okt’22 dengan mayoritas rumah tangga memilih bank umum sebagai sumber utama penambahan pembiayaan. 


“Untuk keseluruhan periode Q4-2022, penawaran penyaluran kredit baru diprakirakan meningkat dibandingkan Q3-2022,” tulis Riset Pefindo yang di kutip, Senin (5/12/2022).


Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan hingga 21 November 2022 terdapat sekitar 43 perusahaan yang masuk dalam pipeline untuk melakukan Initial Public Offering (IPO) pada akhir tahun ini dan 2023. Diperkirakan dana yang bisa dihimpun dari seluruh pencatatan perusahaan tersebut sekitar Rp47,2 triliun. 


Dari 43 perusahaan, 33 persen diantaranya merencanakan pencatatan di tahun 2023 sedangkan sisanya berencana dicatatkan tahun 2022. Selain itu, 7 dari 43 perusahaan bergerak di sektor barang konsumen non primer.


Bursa saham Asia mixed pada penutupan pasar pekan ini di tengah meningkatnya ekspektasi meredam laju kenaikan suku bunga, serta pasar di AS ditutup untuk liburan Thanksgiving. 


Indeks Nikkei 225 turun 0,35% ke 28.283 per Jumat (25/11). Namun secara mingguan, melonjak sekitar 1,42%. Saham Jepang umumnya melihat data masa lalu terhadap kontraksi berkepanjangan aktivitas bisnis. Malaysian Stocks Indeks melonjak lebih dari 2,00% secara mingguan, merupakan kinerja terbaik setelah pengukuhan Perdana Menteri baru setelah mengalami kebuntuan politik awal pekan. Indeks Shanghai Composite naik 0,40% ke level 3.101, sedangkan Indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,49% ke level 17.573. 


Sementara ASX 200 Australia naik tipis sekitar 0,24% di tengah kekhawatiran atas China, mengingat memiliki eksposur perdagangan besar ke China. Bursa saham utama Eropa tercatat menguat pada level tertinggi tiga bulan, didorong keuntungan saham real estat dan saham tambang yang mengimbangi kerugian Credit Suisse. Indeks pan-Eropa Stoxx 600 menguat disekitar level 440 terkuat sejak 18 Agustus 2022, meski volume perdagangan relatif ringan karena libur Thanksgiving di AS. 


IHSG terbenam di zona merah penutupan perdagangan Jumat (2/12), melemah  0,48% menjadi berada pada level 7.019,639 dari 7.053,150 pada pekan sebelumnya.


IHSG mengakumulasikan penurunan 0,41% sepekan terakhir. Pergerakan IHSG didominasi oleh sentimen global, salah satunya yakni adanya sinyal perlambatan kenaikan suku bunga Bank Sentral AS. Di sisi lain, pasar juga dihadapi dengan sentimen ledakan kasus infeksi Covid-19 yang terjadi di China.