Menteri Erick Ungkap, Tinggi Ketergantungan Indonesia pada AS

Ilustrasi aktivitas perdagangan Indonesia. Dok. Kementerian Keuangan.
EmitenNews.com - Indonesia sulit ‘meninggalkan’ Amerika Serikat. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan, memiliki ketergantungan dengan negara Paman Trump tersebut. Sejumlah pasar produk Indonesia masih bergantung pada AS.
"Memang beberapa ekosistem di dalam negeri masih punya ketergantungan dengan beberapa pihak, terutama dari Amerika," ujar Menteri BUMN Erick Thohir dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI Jakarta, Selasa (20/5/2025).
Ekosistem industri yang masih bergantung dengan AS, di antaranya industri penerbangan. Untuk ini, bukan hanya Indonesia, namun negara-negara lain juga mengandalkan produk pesawat asal AS.
"Untuk pesawat terbang, memang di dunia ini kan hanya dua pemain, yaitu Airbus dan Boeing," katanya.
Untuk sektor energi Indonesia seperti LPG (Liquefied Petroleum Gas) juga masih mengandalkan impor dari AS.
"Kebutuhan LPG kita juga masih banyak juga dari Amerika, hampir 70%," kata Erick Thohir.
Pada ekosistem teknologi, seperti perangkat lunak atau software juga masih mengandalkan produk dari Amerika.
"Saya rasa Amerika juga masih menempati untuk software sebagai Microsoft dan lain-lain, itu kita masih bergantung," ungkapnya.
Terlepas dari ketergantungan RI terhadap produk-produk buatan AS, Amerika juga mengajukan sejumlah tawaran yang dapat dijadikan bahan negosiasi dalam kerja sama perdagangan antarkedua belah pihak.
"Memang saat ini mereka sudah mengajukan enam poin,” urai Erick.
AS meminta perlakuan yang sama dengan investor dalam negeri dalam hal investasi Amerika Serikat di sektor mineral.
"Kita sudah membuka sebenarnya dengan beberapa investasi di perusahaan Vale. Ada investasi dari Ford Motor, ada investasi juga dari Volkswagen. Tetapi, yang di Antam memang masih investasi dari negara China salah satunya," tuturnya.
Satu hal, Erick Thohir menyebutkan, kebijakan yang diminta oleh Bapak Presiden terkait kontinuitas untuk hilirisasi tetap ada di dalam negeri.
"Ini yang kita jaga, hilirisasi ada di dalam negeri sehingga produksi baterai itu bisa tetap ada di dalam negeri," tegas Erick Thohir.
Indonesia perlu kurangi ketergantungan pada Amerika
Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Didik Mukrianto, menyebutkan Indonesia perlu mengurangi ketergantungan pada Amerika Serikat. Ia menyoroti kritik AS atas sistem Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) yang dinilai menghambat akses perusahaan Amerika ke ekosistem pembayaran digital Indonesia.
Kritik AS terhadap QRIS dan GPN yang muncul di tengah negosiasi tarif resiprokal itu, jelas menunjukkan adanya tekanan perdagangan negara adidaya itu terhadap Indonesia.
Related News

Target Pemerintah, Defisit APBN 2026 Pada Rentang 2,48-2,53 Persen

Menkeu Bagikan Kabar Baik, Per April 2025 APBN Surplus Rp4,3T

Menperin Beber Dampak RI Gabung BRICS Buat Industri Manufaktur

Indonesia: Energi Harus Dianggap Aset Trategis, Bukan Cuma Komoditas

Mei Momentum Tepat bagi BI Turunkan Bunga Acuan, ini Alasannya

Bak Roller Coaster, Harga Emas Antam Hari ini Turun Rp23.000 per Gram