EmitenNews.com - PT Dayamitra Telekomunikasi alias Mitratel (MTEL) berpotensi mengakselerasi pertumbuhan ke depan. Itu menyusu peluang bisnis serat optik sangat besar. Pasalnya, instrumen tersebut menjadi keharusan bagi jaringan 5G. Tanpa serat optik, layanan 5G sulit berjalan maksimal.


Oleh karena itu, pendapatan Mitratel bersumber dari banyak lini. ”Mitratel juga akan memperoleh keuntungan dari lini bisnis edge computing, internet of things (IoT), dan masih banyak lini bisnis lain muncul seiring era 5G,” tutur Hendra Purnama, Direktur Investasi PT Mitratel.


Meski terus berupaya meningkatkan pendapatan, Mitratel tidak lupa melakukan efisiensi untuk memperbaiki posisi margin. Itu terefleksi dari upaya Mitratel menekan jumlah vendor. Sejak awal tahun ini, jumlah vendor mulai dikurangi menjadi sembilan dari 22. ”Nah, dari situ, kami juga membuat klaster-klaster tertentu. Jadi, secara operasi lebih enak di area tertentu, dan economic of scale juga lebih baik. Hasilnya, biaya lebih kecil, dan biaya ke kami juga lebih rendah,” imbuhnya.


Tidak hanya itu, Mitratel juga akan melakukan digitalisasi untuk meningkatkan efisiensi proses dan lapangan, terutama sisi maintenance. Berbagai upaya efisiensi itu, hasilnya bisa dilihat. Maintenance menara biasanya sebulan menelan biaya Rp2,7 juta per bulan, per Juni 2021 turun menjadi Rp1,7 juta atau setara 34 persen.


Sebagai perusahaan penyedia infrastruktur menara telekomunikasi terdepan, pendapatan rata-rata Mitratel dipatok tumbuh 10-11 persen per tahun. Jauh di atas industri menara telekomunikasi tumbuh 5-6 persen. ”Neraca keuangan kuat akan mendukung pertumbuhan tersebut,” ucapnya.


Pertumbuhan pendapatan itu, karena Mitratel memiliki neraca keuangan kuat. Mitratel akan mendapat pertumbuhan pendapatan melalui bisnis organik maupun anorganik. Selain mengincar pertumbuhan sisi pendapatan, perusahaan menara telekomunikasi terbesar Indonesia itu, juga mematok tenancy ratio pada 2025-2026 menjadi 1,8 kali dari rata-rata saat ini 1,5 kali. (*)