NFA: Swasembada Pangan Harus Berbanding Lurus Kesejahteraan Petani

Suasama petani saat panen raya.(foto: Istimewa)
EmitenNews.com - Kepala Badan Pangan Nasional (NFA) Arief Prasetyo Adi menegaskan bahwa swasembada pangan harus berbanding lurus dengan kesejahteraan petani. Untuk itu pihaknya akan memastikan program-program hilirisasi pangan yang dilaksanakan mendahulukan menyerap produksi dalam negeri.
"Swasembada pangan itu berbanding lurus dengan kesejahteraan petani. Misalnya Badan Pangan Nasional selalu mempersiapkan harga di tingkat petani dengan baik. Ini krusial karena jadi aspek mendasar terhadap laju produksi pangan dalam negeri. Petani kita semangat nandur, tentu produksi tak akan pernah kendur," katanya seperti dilansir laman NFA.
Salah satu indikator kesejahteraan petani yang dapat menjadi referensi adalah Nilai Tukar Petani (NTP) yang rutin dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Secara historis, NTP di Maret tahun ini dengan 123,72 menjadi raihan tertinggi dalam 5 terakhir. Sementara NTP terbaru di Mei masih berada tidak jauh dari itu dengan raihan 121,15 dan lebih tinggi dari Mei 2024 yang 116,71.
"Lalu kami di Badan Pangan Nasional juga konsisten memastikan aktivitas pascapanen bagi petani selalu ada. Misalnya dengan berbagai program hilirisasi pangan supaya produk-produk petani pangan kita bisa diserap pasar dan masyarakat secara optimal. Pemerintah selalu ingin kesejahteraan petani semakin baik," ucap Arief lagi.
Terkait itu, NFA telah sejak lama menggelorakan program Gerakan Pangan Murah (GPM) di berbagai daerah. GPM ini menjadi operasi pasar murah bagi masyarakat yang menyediakan berbagai pangan pokok strategis yang disuplai dari petani daerah setempat.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Rachmat Pambudy memberikan pidato kunci yang menitikberatkan urgensi lembaga penelitian yang harus dikembangkan untuk pertanian Indonesia. Ia tekankan harus ada optimalisasi penanaman lahan dengan tanaman pangan yang paling dibutuhkan rakyat
"Saya titip satu saja, lembaga penelitian kita dihidupkan. Apa yang harus kita teliti dan bagaimana kita harus meneliti, supaya Indonesia bangkit kembali. Negara kita sejak kita menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, luasnya tidak bertambah, bahkan mungkin berkurang karena tenggelam sebagian, karena muka lautnya tenggelam karena panas bumi," beber Rachmat.
"Kita harus menggunakan lahan kita untuk tanaman-tanaman yang paling bisa menghasilkan dan paling bisa mendapatkan pendapatan yang setinggi-tingginya dan itu ada di Indonesia. Jadi penelitian-penelitian mulai dari bibit on farm-nya, pengolahannya harus kita kuasai. Ini yang saya titip kepada generasi HKTI yang akan datang," imbuhnya.(*)
Related News

Di Cepu, Presiden Resmikan Peningkatan Produksi Migas 30 Ribu Barel

FORE Optimistis Kinerja 2025 Dapat Melanjutkan Trend Pertumbuhan

Dulu di Dapur, Kini Sambal Ini Mendunia Berkat BRI

Menteri ATR Tegaskan Larangan Alih Fungsi Sawah ke Kepala Daerah

Tinggalkan Indonesia, China dan India Beralih ke Batu Bara Berkualitas

BTN Siap Sambut Transformasi Global