EmitenNews.com - PT Techno9 Indonesia Tbk. (NINE) memberikan tanggapan resmi atas surat Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor S-10743/BEI.PP2/09-2025 tanggal 16 September 2025. Sejumlah isu keuangan hingga strategi bisnis disorot otoritas bursa, mulai dari piutang usaha, aset tak berwujud, utang bank, hingga rencana akuisisi tambang.

Nuzwan Gufron Direktur Utama NINE menjelaskan, piutang kepada PT Interdata Teknologi Sukses (ITS) belum tertagih karena kendala internal perusahaan tersebut, sementara PT Integra Kreasitama Solusindo (IKS) sudah mulai melakukan pembayaran sejak Agustus–September 2025 dan berkomitmen melunasi tahun ini.

Kenaikan piutang jatuh tempo 175% disebut akibat penundaan pembayaran, namun perseroan optimistis selesai sebelum 31 Desember 2025.

Terkait uang muka, perseroan menyebut sebagian sudah tidak outstanding, namun pencatatan baru akan disesuaikan di laporan inhouse. Adapun uang muka Rp300 juta untuk service point dialihkan menjadi modal kerja dan masih menunggu penyelesaian akuisisi.


Sepanjang 2024 hingga pertengahan 2025, tidak ada penambahan aset tetap maupun pemanfaatan aplikasi HIS dan pendidikan senilai Rp5,98 miliar. Manajemen menegaskan hal itu menunggu finalisasi akuisisi oleh pengendali baru.

Sementara itu, utang bank Rp1,3 miliar ke BCA masih diperpanjang hingga 2026. Adapun pembatalan sewa gedung lama tidak berdampak pada operasional karena perusahaan sudah menempati gedung baru milik sendiri.

Per 30 Juni 2025, pendapatan turun dari Rp1,37 miliar menjadi Rp1,18 miliar akibat persaingan ketat, perubahan pasar, serta masalah distribusi. Sekitar 68% penjualan berasal dari kerja sama penyewaan komputer dengan Universitas Kristen Petra yang berlaku hingga 30 Juni 2026.

Meski begitu, NINE menargetkan pendapatan Rp13–15 miliar hingga akhir 2025.

Dari sisi biaya, beban pokok pendapatan naik 141% karena depresiasi, sementara lonjakan biaya legal sebesar 1.311% dikaitkan dengan proses akuisisi dan didanai dari pinjaman.

Manajemen mengonfirmasi proses akuisisi saham oleh Poh Holdings Pte. Ltd. (POH) telah tuntas pada 17 September 2025. POH kini menggenggam 35,85% saham NINE dengan nilai transaksi Rp5,05 miliar.

Pengendali baru berkomitmen memperkuat manajemen, mendukung operasional, serta memperluas bisnis melalui rencana akuisisi tambang di Indonesia. Untuk mendanai ekspansi, NINE menyiapkan Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) I pada kuartal I-2026 dengan target dana Rp80 miliar, disusul PMHMETD II pada 2026/2027 dengan skema inbreng aset tambang.

Manajemen menegaskan seluruh informasi material sudah disampaikan ke publik, termasuk aksi akuisisi oleh POH. “Pengendali baru berkomitmen mendorong pertumbuhan berkelanjutan dan menciptakan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan,” tulis Nuzwan.

Seperti diketahui Pada 23 Januari 2025, Poh Group telah menandatangani CSPA dengan pemegang saham Techno9 untuk mengakuisisi 70% saham NINE pada harga Rp 19 per saham.

NINE diakuisisi Poh Group sebanyak 70 persen saham harga Rp19 per saham senilai Rp28 miliar. Sebanyak 70 persen saham itu berasal dari saham Noprian 12 persen, Heddy Kandou 51,95 persen, dan pemegang saham minoritas lainnya.

KemudianTecno9 akan menggelar rights issue I untuk mengumpulkan dana Rp 80 miliar. Selanjutnya, Techno9 akan melakukan rights issue II dengan target dana USD200 juta. Kemudian, Tecno9 akan mengakuisisi saham mayoritas Poh Resources Lte Ltd dari Poh Group.

Saham NINE pada awal September 2024 sebelum diakuisisi berada di kisaran Rp 8.
Harga akhir September 2025 Harga saham NINE berada di posisi Rp 310. 

Saham NINE telah melonjak 900% dalam periode year-to-date. Kenaikan tersebut terkait rencana akuisisi perusahaan oleh Poh Group Pte. Ltd., yang mulai marak sejak akhir 2024.