Kepada pers, di Wisma Danantara, Jakarta, Rabu (15/10/2025), Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa sebagai salah satu dewan pengawas Danantara, menegaskan pemerintah tidak memiliki kewajiban untuk menanggung utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh.

Menkeu Purbaya mengaku telah memastikan posisi pemerintah tetap jelas dan tegas terkait pembiayaan proyek strategis tersebut. Selama struktur pembayarannya tertata dengan baik dan transparan, pihak pemberi pinjaman seperti China Development Bank (CDB) tidak akan mempersoalkan.

"Sudah saya sampaikan Danantara terima dividen dari BUMN kan hampir Rp90 triliun. Itu cukup untuk nutupi yang Rp2 triliun bayaran tahunan untuk kereta api cepat. Saya yakin uangnya setiap tahun akan lebih banyak dari Rp90 triliun," tegas Ketua Lembaga Penjamin Simpanan itu.

Tetapi, Danantara menolak opsi pembayaran utang menggunakan dividen yang dihimpun dari BUMN oleh BPI Danantara itu. Chief Investment Officer Danantara Pandu Sjahrir mengungkapkan hasil dividen perusahaan BUMN yang dikelola oleh lembaga investasi tersebut tidak digunakan untuk membayar utang perusahaan pelat merah.

"Nggak ada buat bayar utang, ini semuanya untuk investasi," kata Pandu di Hotel Luwansa Jakarta, Kamis (16/10/2025).

Laporan keuangan tahunan 2022 yang diaudit oleh RSM, diketahui proyek Kereta Cepat Whoosh menelan total biaya USD7,26 miliar atau setara Rp119,79 triliun (asumsi kurs Rp16.500. Itu sudah termasuk pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar USD1,21 miliar (Rp19,96 triliun) dari nilai investasi awal yang ditetapkan senilai USD6,05 miliar (Rp99,82 triliun). 

Mayoritas porsi dana pengerjaan proyek Whoosh diperoleh dari utang pinjaman dari China Development Bank (CDB) dengan bunga utang mencapai 3,3% dan tenor hingga 45 tahun.

Pinjaman modal luar negeri menjadi salah satu bentuk pembiayaan dalam Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Proyek ini didanai lewat skema B2B yang salah satunya bersumber dari pinjaman dana dari China Development Bank. 

Dalam proyek ini, pinjaman modal luar negeri berasal dari China Development Bank (CDB) sebesar 75%. Sedangkan 25 persen modal lainnya dikucurkan oleh ekuitas pemegang saham. ***