EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin kembali ditutup menguat 0,48 persen menjadi 7.141. Sentimen negatif penurunan peringkat utang Amerika Serikat (AS) oleh Moody’s, pelemahan data produksi industri, dan penjualan ritel Tiongkok April 2025, membuat indeks bursa Asia cenderung koreksi.

Kondisi itu, sempat mendorong indeks berada di teritori negatif sebelum akhirnya berbalik menyusuri zona hijau. Secara teknikal, indikator stochastic berada pada area overbought, sehingga indeks diperkirakan berpotensi mengalami koreksi jangka pendek dengan menguji level 7.080. 

Sepanjang perdagangan hari ini, Selasa, 20 Mei 2025, indeks akan menyusuri area support 7.180, dan posisi resistance di level 7.080. Pasar akan mencermati pertemuan para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara G7 pada 20-22 Mei 2025 di Kanada. 

Pertemuan itu, akan membahas sejumlah topik penting. Di antaranya mengenai ekonomi global, keamanan dan ketahanan ekonomi, situasi Ukraina, kejahatan keuangan, dan Artificial intelligent (AI). Pertemuan itu, merupakan persiapan menjelang KTT para Kepala Negara G7 pada 15-17 Juni 2025 di Kanada.

Sementara itu, pasar China menanti apakah bank sentral Tiongkok akan menurunkan suku bunga acuan pinjaman 1 tahun dan 5 tahun, setelah selama enam bulan beruntun tidak berubah. Suku bunga acuan pinjaman 1 tahun Mei 2025 diprediksi turun ke 3 persen dari 3,1 persen April 2025. 

Sedang suku bunga acuan pinjaman 5 tahun Mei 2025  diperkirakan turun ke 3,5 persen dari edisi April 2025 di level 3,6 persen. Berdasar data itu, Phintraco Sekuritas menyarankan investor mengoleksi sejumlah saham berikut. Yaitu, London Sumatera (LSIP), Essa Industries (ESSA), Surya Semesta (SSIA), Astra Otoparts (AUTO), dan Sariguna Primatirta (CLEO). (*)