EmitenNews.com - Nilai tukar rupiah dalam pembukaan perdagangan hari ini menguat tajam terhadap dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah naik 0,44 persen atau 72 poin menjadi Rp16.360 per dolar AS.

Analis Pasar Uang, Fikri C. Permana menyebutkan, sejumlah faktor eskternal yang masih akan mempengaruhi nilai tukar rupiah.

"Ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed semakin meningkat. The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga tiga kali masing-masing 25 basis poin hingga akhir tahun 2025," kata Fikri, Senin (8/9/2025).

Perkiraan itu, lanjut Fikri, didorong oleh data pengangguran di AS yang naik menjadi 4,3 persen. Selain itu, data tenaga kerja non-pertanian atau Non-Farm Payrolls (NFP) hanya naik 22.000 dari konsensus 75.000.

Di sisi lain, ada harapan aliran keluar modal asing dari AS dan beralih ke emerging market, termasuk Indonesia. "Sehingga rupiah kemungkinan akan terapresiasi ke posisi Rp16.410 per dolar AS hari ini," ujar Fikri.

Senada dengan Fikri, Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong juga menyebut penguatan rupiah tak lepas dari data Non-Farm Payroll (NFP) Amerika Serikat) yang sangat melemah.

"Rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS yang melemah cukup tajam setelah data pekerjaan AS NFP yang kembali sangat mengecewakan," ujarnya di Jakarta, Senin.

AS disebut hanya menambahkan 22 ribu pekerjaan di bulan Agustus 2025, jauh dibandingkan perkiraan yang sekitar 75 ribu.

Selain itu, lanjutnya, pekerjaan di bulan Juni justru direvisi menjadi turun atau kehilangan 13 ribu pekerjaan dibandingkan penambahan 14 ribu.

Seiring sentimen dolar AS yang semakin memburuk karena serentetan data ekonomi yang lebih lemah dari sebelumnya, dan pernyataan dovish dari para pejabat Federal Reserve (The Fed), hampir dipastikan The Fed Akan memangkas suku bunga di bulan ini.

"Dari domestik, investor menantikan data cadev (cadangan devisa)," kata Lukman.(*)