EmitenNews.com – Pasar modal Indonesia berpeluang untuk mencatat kenaikan di bulan Ramadhan, meskipun volume transaksi saham biasanya turun menjelang Lebaran. Dengan mempertimbangkan kondisi terkini, investasi reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi pemerintah dan reksadana saham yang berfokus pada sektor konsumen dan ritel, menjadi rekomendasi Bareksa Prioritas bagi investor High Net-Worth Individuals (HNWI) saat ini.

 

Head of Investment Bareksa Christian Halim mengatakan salah satu pertimbangan investor dalam investasi reksadana adalah mengenai kebijakan Bank Sentral AS yang diproyeksikan masih akan menaikkan suku bunga acuannya.

 

"The Fed diperkirakan akan menaikkan Fed Fund Rate sebesar 25 atau 50 basis poin (bps) pada pertemuan bulan Maret mendatang," ujar Christian.


Kemungkinan peningkatan suku bunga acuan tersebut mempertimbangkan kondisi pasar tenaga kerja dan inflasi AS. Sebab, pasar tenaga kerja di Negeri Paman Sam masih kuat dan solid, dengan data tingkat non farm payroll yang lebih baik dari ekspektasi di bulan Januari. 

 

Di samping itu, belanja konsumen yang kuat serta tingginya permintaan barang dan jasa juga masih menghambat inflasi turun secara signifikan seperti yang diharapkan di negara tersebut. Namun, pelaku pasar mengharapkan bahwa The Fed akan dapat menghentikan kenaikan suku bunga pada kuartal 2 mendatang.

 

Di sisi lain, Christian menambahkan bahwa Bank Indonesia berpotensi untuk tidak akan menaikkan suku bunga acuan lebih tinggi lagi. 

 

Langkah ini didasarkan  oleh data inflasi inti bulan Februari yang tercatat turun menjadi 3,06%, dari sebelumnya 3,26%, dan berada dalam rentang target yang diharapkan BI. Meskipun inflasi umum bulan Februari justru meningkat menjadi 5,47%, dari sebelumnya 5,28%.

 

Ke depan, Christian memperkirakan inflasi dalam negeri akan meningkat seiring dengan adanya hari besar keagamaan seperti bulan Ramadhan dan Lebaran yang mendorong kenaikan harga beberapa bahan pokok.

 

Maka dari itu, investasi reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi pemerintah menjadi salah satu rekomendasi menjelang Bulan Puasa. Alasannya, produk ini terbilang diuntungkan ketika bank sentral mulai menahan suku bunga, karena adanya potensi penurunan yield.