EmitenNews.com - Pemerintah mewaspadai pergeseran risiko ancaman pemulihan ekonomi dari pandemi menjadi eskalasi geopolitik Rusia – Ukraina dan dinamika kebijakan moneter Amerika Serikat. Pasalnya ini bukan hanya berpotensi melemahkan pemulihan ekonomi dunia, tapi juga domestik.


Plt. Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Abdurrohman, memprediksi berbagai pos di APBN akan terimbas oleh faktor dinamika global.


"Kenaikan harga komoditas global khususnya sektor pangan dan energi yang tengah terjadi memang memberikan windfall penerimaan negara. Tapi hal ini juga memberikan konsekuensi terhadap belanja seperti belanja subsidi energi, stabilisasi harga pangan, dan berbagai bentuk perlindungan sosial bagi masyarakat. Di sisi pembiayaan pun akan terjadi peningkatan risiko pembiayaan APBN," paparnya seperti dilansir laman Kemenkeu, Selasa (5/4).


Lantaran itu menurut Abdurrohman APBN akan terus antisipatif mengoptimalkan perannya sebagai shock absorber atau penyerap gejolak berbagai risiko seperti yang dilakukan selama pandemi. Baik itu akibat tekanan harga komoditas maupun naiknya cost of fund dari segi pembiayaan karena normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat.


APBN akan terus hadir menjaga pemulihan ekonomi, melindungi kesehatan dan daya beli masyarakat, serta menjaga kesinambungan fiskal.


“Jadi kalau ada gejolak, APBN-lah yang punya peran besar untuk memitigasi dampaknya, terutama yang ke masyarakat. APBN akan menjadi bantalan kebijakan, terutama melalui berbagai kebijakan perlindungan sosial,” pungkasnya.(fj)