EmitenNews.com - Aneka Tambang (ANTM) semester I-2023 membukukan laba bersih Rp1,8 triliun. Melesat 23,8 persen dibanding periode sama tahun lalu tercatat Rp1,525 triliun. Itu mendongkrak laba per saham dan dilusian naik ke level Rp78,64 dari edisi sama tahun lalu Rp63,5 per helai.


Penjualan meningkat 15,5 persen secara tahunan menjadi Rp21,661 triliun pada akhir Juni 2023. Itu ditopang penjualan emas menanjak 9,01 persen menjadi Rp13,3 triliun. Bahkan penjualan bijih nikel melesat 109,6 persen menjadi Rp4,886 triliun. Penjualan alumina terkerek 2,2 persen menjadi Rp627,22 miliar. Lalu, pendapatan jasa pemurnian logam mulia dan jasa lainnya melejit 34,5 persen menjadi Rp113,37 miliar. Tapi penjualan feronikel turun 18,3 persen menjadi Rp2,54 triliun. 


Penjualan bijih bauksit anjlok 48,1 persen yang tersisa Rp143,51 miliar. Penjualan  perak melorot 25,7 persen menjadi Rp49,376  miliar. Beban pokok penjualan membengkak 18,1 persen secara tahunan menjadi Rp17,42 triliun pada akhir Juni 2023. Tapi laba kotor menanjak 5,4 persen menjadi Rp4,24 triliun. Menariknya, beban umum dan administrasi dapat ditekan sedalam 30,3 persen menjadi Rp1,46 triliun. Beban penjualan dan pemasaran turun 2,9 persen menjadi Rp453,66 miliar. 


Alhasil, laba usaha terkerek 58,8 persen secara tahunan menjadi Rp2,326 triliun pada akhir Juni 2023. Namun laba sebelum pajak penghasilan hanya tumbuh 11,2 persen secara menjadi Rp2,462 triliun pada akhir Juni 2023. Salah satu pemicunya, emiten tambang mineral BUMN ini mengalami rugi selisih nilai tukar atau kurs sedalam Rp318,8 miliar, sedangkan pada semester I 2022 justru meraih laba kurs senilai Rp261,74 miliar.


Lalu, perseroan menderita beban lain-lain Rp140 miliar, sedangkan di semester I-2022 mendapatkan penghasilan lain-lain Rp38,11 miliar. jumlah kewajiban bertambah 27,2 persen dibanding akhir 2022 menjadi Rp9,925 triliun pada akhir Juni 2023. Total ekuitas berkurang  0,15 persen dibanding akhir 2022 menjadi Rp23,676 triliun pada akhir Juni 2023. (*)