EmitenNews.com - Kementerian Perdagangan (Kemendag) memperkirakan nilai penjualan produk pangan segar via lokapasar tahun ini lebih dari Rp21 triliun. Kalau tidak meleset, angka itu akan naik dari posisi tahun lalu Rp18 triliun.


Kemendag memproyeksi nilai penjualan produk pangan segar melalui marketplace akan terus meningkat. Paling tidak lima tahun mendatang, nilai penjualan bisa tembus lebih dari Rp180 triliun. ”Meski porsi penjualan pangan melalui niaga elektronik masih kecil, tetapi tumbuh sangat cepat,” tutur Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi.


Sejatinya, ekonomi digital dapat mengatasi masalah kesenjangan sosial. Karena itu, seluruh elemen memiliki kesempatan sama dan setara untuk memasarkan produk lebih luas, sampai luar negeri. ”Oleh sebab itu, aplikasi berbasis teknologi harus berbasis inovasi agar dapat bersaing. Dengan begitu, kami bisa memuliakan petani, pedagang, dan mewujudkan Indonesia tumbuh dan tangguh,” ucap Lutfi.


Saat ini, rantai dingin dalam perdagangan sebuah keniscayaan. Tahun lalu, kapasitas rantai dingin produk pangan Indonesia baru tersedia 1,73 juta ton dengan 10 ribu unit fasilitas pendingin. Itu berarti kurang dari 7 persen kalau ditilik dari total produk potensial dilayani rantai dingin. ”Pandemi Covid-19 menyebabkan kebutuhan fasilitas rantai dingin untuk pangan naik 16 persen per tahun. Industri farmasi melesat 115 persen,” bebernya.


Pasar rantai dingin global tahun ini diramal tumbuh menjadi USD239,67 miliar dari posisi tahun lalu USD212,24 miliar. Kemudian, pada 2025 pasar rantai dingin global diprediksi tembus lebih dari USD344,51 miliar. Itu dengan tingkat pertumbuhan tahunan 9,49 persen. (*)