EmitenNews.com — Sejalan dengan pemulihan ekonomi Indonesia dan rencana pertumbuhan yang sudah disusun, Bank membukukan kinerja yang baik pada kuartal I tahun 2022 ini.  Per akhir Maret 2022, PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) mencatatkan pertumbuhan yang kuat dengan pencapaian total aset sebesar Rp17,7 triliun, meningkat 67,45 persen (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.


Pertumbuhan total aset ini didukung oleh peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang cukup tinggi, dimana penghimpunan DPK Bank Ina tercatat meningkat 54,96 persen dari Rp9,3 triliun pada akhir Maret 2021 menjadi Rp14,38 triliun pada akhir Maret 2022 dengan rasio CASA sebesar 45 persen. Simpanan deposito juga tumbuh 63,95 persen menjadi Rp7,9 triliun. Upaya menghimpun dana pihak ketiga dilakukan dengan tetap menjaga biaya dana seiring dengan tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia. 


Dengan pertumbuhan yang tinggi pada penyaluran kredit triwulan 1/2022 sebesar naik 95,4 persen menjadi Rp5,4 triliun, Bank Ina tetap menjaga kualitas kredit agar berada di level yang sehat, seperti tercermin dari rasio kredit bermasalah, atau gross NPL, yang berada di level 1,83 persen. Angka tersebut masih dibawah rata-rata industri sebesar 3,08 persen pada akhir Februari 2022. 


Rasio permodalan sebesar 36,976, masih cukup untuk mendukung pertumbuhan bisnis Bank, dengan likuiditas yang terjaga dengan baik. 


Setelah mendapatkan persetujuan pemegang saham, rencananya Right Issue ke 4 akan dilakukan di semester 2/ 2022 untuk pemenuhan modal inti di akhir tahun 2022 sebesar Rp3 triliun sesuai POJK No. 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum.


Peningkatan DPK menjadi Rp14,4 triliun di kuartal I-2022 ditopang oleh CASA yang naik 44 persen dan deposito naik 63 persen.


Sebelumnya perseroan juga telah melakukan aksi korporasi penambahan modal via right issue pada semester II-2021, hal ini meningkatkan modal bank menjadi Rp2,35 triliun. Total aset dibukukan Rp17,7 triliun atau tumbuh 67 persen dibandingkan Maret tahun lalu.


Dalam acara public expose yang dilakukan pada hari Jumat (3/6/2022) Direktur Utama Bank Ina Perdana (BINA) Daniel Budirahayu, mengatakan terkait Outlook ekonomi saat ini, kami melihat meskipun inflasi menjadi momok bagi perbankan, akan tetapi kami melihat, karena kita selama 2 tahun mengalami pandemi dan tidak ada pertumbuhan bahkan ada yang negatif. Maka saat inilah momentum untuk  ekonomi akan bertumbuh.


"Hanya saja untuk inflasi ini harus diantisipasi dalam arti kata peredaran uang harus di imbangi dengan kenaikahln harga-harga," tegas Dia.


Sedangkan untuk tren kenaikan suku bunga, kami sangat mengapresiasi kebijakan Bank Indonesia (BI) yang masih mempertahankan suku bunganya, meskipun banyak negara sudah menaikkan suku bunganya. Walaupun bulan Juni ini sudah berlaku peningkatan GWM, dimana hal itu akan mengurangi jumlah peredaran uang dan menambah cost of money tapi itu masih managebel.


Untuk saat ini dapat dilihat kinerja BINA trennya sampai kuartal 2 hingga bulan Mei lalu, itu positif dimana kredit bisa meningkat 95 persen, kami berharap Bank Ina (BINA) akan menutup bulan Juni dengan hasil yang terus bertumbuh.


Sektor yang mendominasi saat ini terkait penyaluran kredit Bank Ina adalah modal kerja dan investasi, karena selama 2 tahun pandemi, umumnya para perusahaan manufaktur itu stagnan untuk investasi dan tentunya kebutuhan modal kerja turun disebabkan oleh demand yang turun dan inilah momentum perbankan di Indonesia untuk meningkatkan kreditnya.


"Saat ini penyaluran kredit Bank Ina (BINA) lebih banyak di perdagangan dan manufaktur yang berkaitan dengan consumer produk," tegas Daniel.


Perseroan sendiri pada tahun 2021 masih banyak kredit yang kita carry offer juga di tahun 2022 pelaksanaannya. Umumnya pada 2021 para debitur masih wait and see melihat situasi dan kondisinya. Tahun 2022, angka covid sudah mengalami penurunan drastis dengan lebih bisa di manaj sehingga lebih confidence, sehingga banyak yang merealisasikan kredit yang diajukan atau di proses pada 2021 di kuartal I-2022 ini.


Terkait dengan BINA yang tak membagikan dividen, untuk saat ini perseroan fokus pada peningkatan modal, penguatan operasional serta peningkatan bisnis dan pengembangan infrastruktur di bidang digitalisasi.


Perseroan telah mengantongi restu right issue dan pemegang saham eksisting atau pengendali bakal menjadi pembeli siaga dalam aksi korporasi ini. Tahun ini kami berencana untuk right issue Rp1 triliun untuk memenuhi requirement dari OJK bahwa perbankan di tahun 2022 ini harus memiliki modal inti minimal Rp3 triliun.


"Dengan right issue ke 4 ini, diharapkan modal inti Bank Ina akan melebihi Rp3 triliun di akhir tahun, disamping keuntungan yang kami tahan untuk keperluan operasional, harap Sang Dirut.