EmitenNews.com - Indeks saham Asia pada perdagangan Senin (20/11) pagi ini dibuka melemah.


Pelemahan indeks saham Asia terjadi di tengah kekhawatiran mengenai pemberlakuan kembali kebijakan pembatasan sosial di lebih banyak negara untuk menangkal penyebaran varian Omicron virus Covid-19, pengetatan kebijakan moneter serta prospek kemunduran pada agenda ekonomi Presiden Joe Biden.


Akhir pekan lalu indeks saham utama di Wall Street turun sehingga secara mingguan S&P 500 melemah 1.9%, DJIA kehilangan 1.7% dan NASDAQ jatuh 2.9%. Penurunan ini berimbas ke indeks saham Asia.


Lonjakan kasus penularan varian Omicron virus Covid-19 telah memicu pemberlakukan kembali kebijakan pembatsan sosial yang ketat di sejumlah negara Eropa dan mengancam pemulihan ekonomi global di awal tahun 2022.


Sementara itu, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury note) bertenor 10 tahun turun 1.5 bps menjadi 1.41% seiring dengan meningkatnya permintaan atas aset-aset yang di anggap aman (safe haven). Sebagai antisipasi siklus pengetatan kebijakan moneter, yield biasanya akan bergerak naik jika bank sentral AS (Federal Reserve) mengumumkan sikap tegas (Hawkish stance).


"Sebagian investor menyakini pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral besar di dunia (Federal Reserve, BOE, ECB, BOJ) minggu lalu dapat menahan lonjakan inflasi," kata analis saham Phillip Sekuritas, Dustin Dana Pramitha.


Sebagian investor lain khawatir pasar yang selama ini kenaikannya ditopang oleh kebijakan suku bunga rendah akan sangat rentan terhadap pengurangan paket stimulus moneter, seberapa kecil pun jumlah pengurangan itu.

Dari AS, investor memantau komentar terkini Senator Joe Manchin yang membuat Partai Demokrat tidak memiliki banyak opsi untuk mendorong agenda ekonomi Predien Biden. Ini setelah Manchin menolak paket belanja dan kenaikan pajak senilai sekitar USD2 triliun.


Di pasar komoditas, harga kontrak berjangka (futures) minyak mentah mencatatkan penurunan mingguan selama 7 minggu beruntun dengan harga kontrak berjangka minyak mentah jenis brent turun 2.6% minggu lalu sementara harga kontrak berjangka minyak mentah jenis WTI terpangkas 1.3%.


Untuk perdagangan di BEI hari ini prediksi Phillip Sekuritas IHSG bergerak bearish di rentang support 6.570 - resistance 6.620. Saham yang direkomendasikan teknikalnya sebagai berikut.


MTDL
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 3,660
Target Price 1 : 3,880
Target Price 2 : 4,020
Stop Loss : 3,560


SOCI
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 204
Target Price 1 : 214
Target Price 2 : 218
Stop Loss : 199


LPKR
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Sideways
Trade Buy : 143
Target Price 1 : 149
Target Price 2 : 150
Stop Loss : 140


BEBS
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 4,090
Target Price 1 : 4,800
Target Price 2 : 5,230
Stop Loss : 3,900.(fj)