EmitenNews.com - PT Bank Tabungan Negara (BBTN) tengah mengkaji peluncuran skema pembiayaan sewa beli atau rent to own. Skema itu, sangat memudahkan konsumen menikmati dahulu tempat tinggal yang ingin dimiliki sebelum memutuskan untuk membeli. 


”Ini pasarnya ada, terutama bagi para milenial yang senangnya enggak terikat di satu spot. Jadi, mungkin sewa dulu. Pada tahun ke-5 sudah betah, cocok, lalu bisa memutuskan untuk memiliki. Jadi, kita buat program rent to own,” tutur Wakil Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu, di Jakarta, Senin (21/2).


Selain memfasilitasi kebutuhan kepemilikan hunian masyarakat, skema rent to own disiapkan BTN untuk mengatasi permasalahan kelebihan pasokan atau over supply hunian, khususnya unit apartemen. ”Kami berharap skema rent to own bisa diluncurkan tahun ini, setelah kajian skema pembelian hingga angsuran pembayaran kredit selesai dilakukan,” imbuh Nixon.


Menilik skema, kemungkinan besar produk ini akan dipasarkan melalui BTN Syariah dengan menggunakan akad Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik (IMBT). Menurut bahasa, IMBT dari dua kata yaitu al ijarah, berarti sewa, dan al-tamlik berarti kepemilikan. Dengan kata lain, IMBT berarti akad sewa menyewa yang dikemudian hari berubah menjadi hak milik. 


Ketentuan teknis akad Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik diatur dalam Fatwa DSN No.27/DSN-MUI/III/2002. Dengan DSN MUI mengenai akad ini, menggunakan akad IMBT dalam penyaluran dana oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) merupakan hal legal, dan boleh dilakukan.


Ide pembiayaan kepemilikan rumah berbasis akad sewa menyewa patut diapresiasi. Inovasi BTN itu, bisa dibilang pemecah kebuntuan bagi generasi muda yang ragu memiliki rumah karena belum siap terikat pinjaman jangka panjang. “Anak muda itu bukan berarti tidak punya uang, dan tidak mampu mengangsur. Justru anak-anak usia produktif itu punya penghasilan. Milenial belum punya komitmen pinjaman jangka panjang. Kami optimistis skema IMBT ini mampu mengusir rasa galau milenial untuk punya hunian,” beber Nixon. 


Jadi, daripada terus terusan ngekos, atau sewa apartemen, anak muda bisa mengambil KPR dengan skema sewa pada lima tahun pertama. Jika merasa nyaman dan cocok, milenial tinggal meneruskan menjadi hak milik. JIka tidak cocok, bisa mengalihkan atau tidak melanjutkan. ”Dengan skema IMBT, milenial diuntungkan waktu karena harga tanah, dan properti selalu naik setiap tahun. Ini semacam hedging,” ucapnya.


Bank BTN terus melakukan berbagai inovasi untuk mengimplementasikan digitalisasi perbankan dalam fokus bisnis utama yaitu pembiayaan perumahan. Dalam pengembangan digitalisasi perbankan itu, perseroan optimistis manfaat, dan nilai tambah didapat nasabah bakal makin besar. Digitalisasi bukan sekadar ikut tren. ”Digitalisasi paling penting mendatangkan manfaat besar bagi nasabah,” katanya.


Digitalisasi rancangan Bank BTN akan fokus pembiayaan perumahan sebagai bisnis inti. Itu membuat seluruh inovasi Bank BTN harus relevan dengan sektor perumahan, properti, dan industri pendukung. ”Kami harus mampu membangun ekosistem digital perumahan komprehensif. Aplikasi kami tawarkan harus memenuhi kebutuhan nasabah secara end to end dengan mengoptimalkan teknologi,” tukasnya. 


Dengan pondasi membangun ekosistem digital perumahan itu, Bank BTN akan meluncurkan aplikasi super apps. Bank BTN telah melakukan kerja sama dengan banyak institusi seperti Pinhome, market place khusus properti, memiliki kekuatan basis data perumahan, data segmen milenial. Platform Arsitag, market place jasa layanan profesional arsitektur, desain interior, dan kontraktor.


Selain itu, Bank BTN juga telah meluncurkan aplikasi BTN Smart Residence untuk memudahkan penghuni perumahan maupun apartemen melakukan pembayaran tagihan, iuran, dan pertukaran informasi. (*)