EmitenNews.com - SUN Energy raih pembiayaan hijau sebesar Rp 500 miliar dari Permata Bank. Pembiayaan tersebut akan digunakan untuk pengembangan proyek energi surya di Indonesia.

Chief Corporate Banking PermataBank, Evi Hiswanto, mengatakan implementasi pendanaan hijau ini menjadikan Permata Bank memiliki peran strategis dalam penyaluran fasilitas pembiayaan proyek EBT.

Hal ini sebagai bagian dari komitmen bank dalam upaya memitigasi risiko iklim dan mengurangi emisi karbon dalam aktivitas perbankan. 

”Kerja sama yang terjalin bersama SUN Energy merupakan salah satu komitmen strategis kami dalam meningkatkan pembiayaan ramah lingkungan, dengan melibatkan klien untuk mendorong praktik berkelanjutan dan mendukung transisi mereka menuju rendah karbon dan strategi iklim yang tangguh," ujarnya melalui siaran tertulis, dikutip Selasa (27/2).

Selama 2023, penyaluran kredit Permata Bank sebesar Rp 142,2 triliun, didorong oleh pertumbuhan penyaluran kredit kepada Korporasi sebesar Rp 92,7 triliun.

Deputy CEO SUN Energy, Dion Jefferson, mengungkapkan apresiasinya terhadap langkah PermataBank dalam mendukung akselerasi pemanfaatan energi surya di Indonesia. Dia mengatakan, SUN Energy mengalami peningkatan bisnis yang sangat signifikan.

Dia mengatakan, pembiayaan ini akan digunakan untuk perluasan proyek pengembangan energi surya di Indonesia pada sektor komersial dan industri.

"SUN Energy berharap dapat terus memberikan layanan energi surya terintegrasi kepada para pelanggan dan memperluas jangkauan pasar ke berbagai wilayah di Indonesia,” ujar Dion.

Dion mengatakan, fasilitas pembiayaan yang telah disepakati telah menggambarkan optimisme kedua belah pihak dalam proses transisi energi yang sejalan dengan upaya mitigasi risiko perubahan iklim. Hal ini diharapkan berdampak untuk menciptakan ekosistem bisnis hijau di Indonesia.

Menurut laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total nilai pembiayaan keuangan berkelanjutan di Indonesia sudah mencapai Rp913,15 triliun per November 2020.

Mayoritas pembiayaan tersebut berupa green loan dengan nilai Rp809,75 triliun, kemudian green bond dan gender bond senilai Rp59,9 triliun, diikuti pembiayaan campuran (blended finance) Rp35,6 triliun.

Adapun obligasi keberlanjutan global (global sustainability bond) memiliki nilai terendah dibandingkan instrumen lainnya, yakni Rp7,9 triliun.