EmitenNews.com - Munculnya kembali isu Wuhan, Hubei, China dalam kaitan dengan asal muasal pandemi virus Corona, tidak bisa dilepaskan dari rivalitas yang muncul antara China vs Amerika Serikat. Kuat dugaan Amerika berada di balik kemunculan isu tersebut, sebagai bagian dari upaya apa saja untuk menghambat laju China sebagai kekuatan ekonomi dunia. Anggota Komisi I DPR RI, Dave Akbarshah Fikarno Laksono melihat isu Wuhan, masih sebatas dugaan.


Menurut Dave Akbarshah Fikarno Laksono yang diminta menanggapi kembali ramainya isu Wuhan berkaitan dengan pandemi Covid-19, segala kemungkinan itu ada saja. Apalagi, kalau sudah berbicara tentang politik. Tetapi, kata Dave Laksono, begitu politisi muda ini karib disapa, perlu dipahami bahwa konstelasi geopolitik dunia sekarang mengalami perubahan besar.


“AS–China memang tegang belakangan ini, namun itu di bidang perdagangan saja. Tentunya, dampaknya di perdagangan dunia. Sementara itu isu Laboratorium Wuhan sebagai asal virus Corona masih dalam banyak investigasi dan dugaan. Perlu kiranya melihat perkembangan ke depan. Yang terpenting sekarang, bagaimana penanganan Covid-19 dan distribusi vaksin merata di seluruh dunia,” kata Dave Laksono, putra politikus senior Partai Golkar, Agung Laksono, Selasa (14/9/2021).


Yang tidak bisa dinafikan, lepas daripada apa pun, China telah menjadi kekuatan dunia, terutama di  bidang ekonomi, yang mau tak mau harus disambut dengan baik. Seperti yang kemudian dipilih oleh pemerintah Indonesia. Menurut Dave, saat ini China cukup maju dalam bidang ekonomi, yang menjadikan seluruh negara di dunia mau bekerja sama. China adalah bagian dari Asia sehingga pengaruhnya signifikan di kawasan. Tetapi, kata dia, Indonesia tidak bergantung dengan China. Kalau pun ada investasi, pertumbuhan ekonomi bukan faktor satu negara saja, melainkan dari beberapa sektor, sehingga Indonesia dalam investasi tidak berdasarkan dari China saja. Meski pun karena bagian Asia tentunya intensitas hubungan lebih sering dan intens terjalin.


Dengan membuka pintu lebar-lebar untuk investasi China, Dave melihat tidak bakal merugikan hubungan Indonesia dengan negara-negara lain yang sudah menjalin hubungan bisnis, dan investasi dengan Indonesia. Katakanlah dengan Amerika, Jepang dan lainnya. Menurut Ketua Umum Kosgoro 1957 periode 2021-2026 itu, Indonesia berprinsip bebas aktif dalam politik, juga ekonomi, dengan begitu tidak ada kerugian bagi para investor luar negeri di Indonesia, karena ada bidangnya masing-masing.


Kalau ada isu pembangunan infrastruktur yang sedang digalakkan pemerintah, itu dari investasi China, bagi Dave Laksono, pandangan miring itu perlu diluruskan. Karena, menurut politikus Partai Golkar ini, negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan lainnya juga banyak berinvestasi di bidang infrastruktur di Indonesia.


Yang tidak kalah pentingnya, dalam setiap membuka hubungan Luar Negeri, tentunya ada aturan yang harus dipatuhi. Setiap negara yang berinvestasi di Indonesia, kata dia, harus taat terhadap regulasi, dan kedaulatan negara Indonesia. Semua negara yang berinvestasi di Indonesia tentunya tidak bisa mengatur berbagai keputusan pemerintah. “Yang jelas secara ekonomi itu harus menguntungkan kedua belah pihak. Ini berlaku untuk semua negara yang berinvestasi di Indonesia.”


Mengenai isu komunisme, yang kerap dikaitkan dengan China, Dave Laksono melihat Indonesia memiliki pertahanan yang baik untuk menghalau semua ideologi yang tidak sesuai dengan bangsa, dan negara kita. Indonesia, kata dia, sudah tegas menolak ideologi komunisme. Berbagai regulasi sudah mengatur hal itu, bahkan masuk TAP MPR. “Pancasila sudah jelas adalah Ideologi bangsa Indonesia. Jadi, tidak perlu khawatir karena pastinya masyarakat sudah sadar dan tidak ingin ideologi bangsa diubah.”


Sampai di sini, kemunculan kembali isu Wuhan di tengah pandemi Covid-19, membuat China tidak bisa menyembunyikan kemarahannya. Beijing tidak bisa menerima aksi World Health Organization (WHO) didukung Amerika yang berusaha membuka kembali penyelidikan dengan alasan untuk mengusut asal muasal virus SARS-CoV-2 itu.


Untuk itu, Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) mendesak penelusuran terkait asal virus Corona yang menyebabkan pandemi Covid-19 itu diperluas ke berbagai negara, termasuk Amerika Serikat. Ini respons Beijing atas laporan intelijen AS yang dianggap tidak meyakinkan. Lembaga ini menyatakan, AS telah memobilisasi aparat intelijennya, bukannya lembaga profesional, untuk menyelidiki asal-usul virus Corona baru tersebut.


Laporan AS tentang asal-usul Covid-19 yang dibuat tim intelijen AS dan dirilis sebagian pada Jumat (13/8/2021), mengatakan bahwa komunitas intelijen AS tetap terbelah terkait kemungkinan asal Covid-19. Wakil Menteri NHC, Zeng Yixin, mengatakan, melacak asal-usul Covid-19 adalah pekerjaan ilmiah. Oleh karena itu, pemerintah China selalu menyatakan, pekerjaan itu harus dengan cara ilmiah. China menentang untuk mempolitisasinya.


Dilaporkan bahwa para ahli internasional dari misi bersama WHO-China pada studi asal mengatakan tidak ada bukti yang mendukung teori kebocoran laboratorium dan meningkatkan hipotesis ini menunjukkan, studi asal dipolitisasi. Ini menguatkan argumen China soal adanya binatang kelelawar yang membawa vaksin Corona itu ke manusia, sampai kemudian meluas seperti saat ini.


Yang penting dicatat, bagi China, studi asal-usul virus itu adalah masalah ilmiah yang membutuhkan kerja sama ilmuwan global. Ini adalah konsensus mayoritas negara dan komunitas sains. Langkah AS yang mengandalkan aparat intelijennya alih-alih ilmuwan untuk melacak asal-usul Covid-19 dinilai hanya akan merusak studi asal-usul berbasis sains dan menghambat upaya global untuk menemukan sumber virus Corona tersebut secara lebih bermartabat. ***