EmitenNews.com - PT Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo memperkirakan, pada tahun ini nilai emisi obligasi korporasi mencapai Rp 102,4 triliun hingga Rp 151, 2 triliun. Per akhir Januari 2022, Pefindo mendapatkan mandat penerbitan surat utang senilai Rp 49,09 triliun. Adapun sektor usaha dari korporasi-korporasi penerbit obligasi cukup beragam.

 

Kepala Divisi Pemeringkatan Korporasi Pefindo, Niken Indriarsih, mengatakan total penerbitan surat utang korporasi nasional pada 2021 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2020, yang mencatatkan emisi sebanyak Rp96,6 triliun. 

 

“Pefindo memprediksi emisi obligasi pada tahun ini akan kembali mengalami kenaikan. Niken mengatakan, jumlah penerbitan surat utang pada tahun ini diproyeksi berada di kisaran Rp102,4 triliun untuk asumsi konservatif dan Rp151,2 triliun dengan proyeksi optimistis,” ungkap dia dalam paparan kepada media secara virtual, Kamis (10/2/2022).

 

Jumlah emisi obligasi korporasi pada 2021 dengan rating Pefindo adalah sebanyak Rp84,41 triliun. Adapun, sisanya sebesar Rp28,65 triliun dengan lembaga pemeringkat lainnya. Apabila merujuk pada data dengan rating Pefindo, sektor perbankan mencatatkan penerbitan obligasi korporasi dengan nilai emisi mencapai Rp2,82 triliun pada tahun lalu. 

 

Diikuti sektor pertambangan ada satu perusahaan dengan rencana emisi Rp 6 triliun, pembangkit tenaga listrik tiga perusahaan dan rencana emisi Rp 3,4 triliun.

 

Kemudian properti ada lima perusahaan dan nilai rencana emisi Rp 3,09 triliun. Lalu jalan tol ada dua perusahaan dengan nilai Rp 2,5 triliun. Selain itu, sektor kimia dari dua perusahaan dengan nilai Rp 1,62 triliun. Selain itu, nilai rencana emisi di bawah Rp 1 triliun ada dari sektor perbankan, telekomunikasi, perusahaan induk, sewa transportasi, pupuk, perikanan dan otomotif.



Sementara itu, sektor multifinance masih mendominasi penerbitan obligasi korporasi pada 2021 dengan total emisi Rp14,5 triliun, disusul industri kertas dan pulp Rp14,3 triliun, pembiayaan atau financing Rp12,11 triliun, dan konstruksi Rp11,44 triliun.

 

Terkhusus untuk sektor properti ada lima perusahaan yang akan terbitkan obligasi, Analis Pefindo Yogie Surya Perdana menuturkan, emiten properti memakai penerbitan obligasi sebagai pendanaan untuk land banking.


"Karena emiten properti pakai dana bank tidak bisa digunakan untuk akuisisi. Umumnya di case sering ditemui emiten properti untuk akuisisi lahan, land banking dan modal kerja. Sangat tinggi untuk development high rise project, salah satunya kebutuhan modal kerja,” kata Yogie.