EmitenNews.com - Presiden Joko Widodo mengungkapkan kerap dibuat malu oleh ulah Badan usaha Milik Negara. Presiden Jokowi menyampaikan pengakuan itu, dalam pengarahannya kepada para direktur utama BUMN, di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), seperti disiarkan dalam tayangan Youtube Sekretariat Presiden, Sabtu (16/10/2021).


Presiden menyatakan, begitu banyak kesempatan BUMN di Indonesia untuk bekerja sama dengan perusahaan multinasional, tetapi ajakan untuk meningkatkan performa perusahaan negara itu, tidak disambut dengan baik. "Kita sudah bukain pintu, gak ada respons apa-apa. Ya gimana. Kadang saya sering malu."


Jokowi menceritakan, Perdana Menteri India Narendra Modi ke Indonesia untuk mengajak kerja sama perusahaan pelat merah di dalam negeri. Sang PM sampai menanyakan berulang kali untuk memastikan kapan persisnya hal tersebut diwujudkan konkret. Namun, kata dia, tidak satu pun BUMN yang bergerak dibidang kesehatan meresponnya.


Ajakan PM Narendra Modi itu, mestinya segera disambut BUMN oleh BUMN di bidang farmasi. Tetapi, yang terjadi, selain PM India datang langsung ke Indonesia untuk menjajaki kerja sama itu, juga sempat mengirim tim. Sayangnya, kata Jokowi, tidak ada tindak lanjut sampai sekarang, karena BUMN tidak menanggapi peluang yang sudah ada di depan mata itu.


"Perdana Menteri Narendra Modi datang sendiri. BUMN gak merespon, gimana. Sudah mengirim tim ke sini, tidak ada tindak lanjut. Paling pas harus dari sana, India, murah. Obat-obat generik. Yang penting lagi, bahan baku obat. Kita ini sumber bahan baku banyak sekali," kata Jokowi.


Lambannya respon BUMN itu, tak hanya di bidang kesehatan. Jokowi menyebutkan, BUMN yang bergerak di bidang pangan, sama saja. Padahal pangan, salah satu sektor penting untuk membuat masyarakat bertahan hidup. Terlebih Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization/FAO) telah menghimbau adanya ancaman ketahanan pangan karena perubahan iklim.


Menurut Jokowi, ketahanan pangan sangat penting bagi sebuah negara dan sudah diprediksi akan terjadi krisis pangan. Oleh karena itu, kerja sama dengan perusahaan swasta, baik dari dalam negeri dan luar negeri sangat dibutuhkan.


Indonesia saat ini, kata Jokowi masih memiliki lahan yang begitu luas, namun untuk menggarap itu semua BUMN tidak bisa sendirian. Karena membutuhkan modal sangat besar dan teknologi untuk membangunnya. Ia menceritakan, tujuh tahun lalu ke Merauke, menyaksikan lahan dengan hamparan datar sekali, dan air melimpah. Kalau digabung ada 4,2 juta hektare, yang bisa digarap.


Tetapi, disadari tidak mungkin BUMN sendirian menggarapnya. Pertama,  membutuhkan modal sangat besar. Kedua, memerlukan teknologi, sehingga sekali lagi perlu cari partner. Jokowi meminta agar BUMN berpikir lebih luas, karena pembangunan lahan pangan membutuhkan investasi besar, bahkan hingga ribuan triliun rupiah.


"Kalau mau gede ya memang harus berpikiran gede. Kita mau gede, mimpinya kecil gimana. Itu baru satu lokasi, belum lokasi-lokasi lain banyak sekali yang memungkinkan untuk dibuat food estate apa pun. Entah itu beras, jagung, atau lain-lain. Tetapi, BUMN tidak merespon," kata Presiden Jokowi geram sambil mengetuk-ngetukan jari di podium. ***