EmitenNews.com - Bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) berjanji tidak mengerek suku bunga hingga 2023. Lalu, membiarkan inflasi berjalan seperti biasanya. Itu penting untuk memastikan pemulihan ekonomi berjalan optimal.


Pernyataan The Fed itu, direspons positif Wall Street. Dow Jones Industrial Average melambung 189,42 poin (0,6 persen) menjadi 33.015,37. Itu menandai untuk kali pertama ditutup di atas ambang batas 33 ribu. S&P 500 sempat terkoreksi 0,7 persen berhasil naik 0,3 persen mencapai rekor penutupan tertinggi 3.974,12. Nasdaq Composite naik 0,4 persen menjadi 13.525,20.


The Fed memperkirakan suku bunga acuan tetap mendekati nol untuk 2 tahun ke depan. Bank sentral meningkatkan prospek ekonomi mencerminkan ekspektasi pemulihan lebih kuat. Produk domestik bruto (PDB) diharapkan tumbuh 6,5 persen pada 2021 sebelum mendingin pada tahun-tahun berikutnya.


Ekspektasi inflasi inti juga bergerak lebih tinggi. Tahun ini, komite mengharap lonjakan 2,2 persen diukur dari pengeluaran konsumsi pribadi. Tujuannya, menjaga inflasi 2 persen untuk jangka panjang. Selanjutnya, kebijakan moneter tetap akomodatif terlepas dari suku bunga, inflasi, dan harga aset.


The Fed perlu melihat gerak lanjutan inflasi di atas 2 persen sebelum mempertimbangkan perubahan kebijakan. Imbal hasil US Treasury 10 tahun mencapai level tertinggi yaitu naik 2 basis poin menjadi 1,64 persen. ”Kami berharap kemajuan lebih cepat pasar tenaga kerja dan inflasi. Itu selaras vaksinasi, dan dukungan fiskal,” tegas Ketua Fed Jerome Powell.


Karena itu, Equity Research Analyst Victoria Sekuritas Michael Alexander Santoso, meramal Indeks sepanjang hari ini, akan bergerak pada rentang support 6.242,dan resistance 6.322. Saham-saham bisa dikulik antara lain PT PP (PTPP) Rp1.705, Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Rp4.850, dan Timah (TINS) Rp1.885. Lalu, lepas untuk saham London Sumatra Indonesia (LSIP) Rp1.395, dan Adi Sarana Armada (ASSA) Rp1.845.


Menyudahi perdagangan Rabu (17/3), Indeks berhasil menutup gap area di kisaran 6.276-6.297 dengan melemah 0,51 persen ke level 6.277,23. Sementara itu, mayoritas bursa Asia ditutup melemah. Di antaranya ASX 200 minus 0,47 persen, HSI surplus 0,02 persen, KOSPI defisit 0,64 persen, Nikkei tekor 0,02 persen, dan SSEC anjlok 0,03 persen. 


Pelaku pasar cenderung wait and see menanti hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC). Selain itu, sentimen negatif AS juga turut membayangi pergerakan bursa Asia. Data penjualan ritel AS pada Februari terkontraksi 3 persen month on month (MoM), lebih dalam dibanding konsensus terkontraksi 0,5 persen MoM. Sementara sentimen yield treasury 10 tahun naik menjadi 1,62 persen juga turut meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar. (abm)