EmitenNews.com -Perusahaan BUMN konstruksi dan investasi PT PP (Persero) Tbk alias PTPP tercatat memiliki liabilitas atau kewajiban utang sebesar Rp 44,21 triliun per September 2023. Manajemen telah menyiapkan strategi untuk menekan beban utang salah satunya dengan divestasi aset.

Direktur Strategi Korporasi dan Human Capital Management PTPP, Sinur Linda Gustina mengatakan aset yang sudah dilakukan divestasi yaitu aset PTPP di PT Sinergi Investasi Properti. Dalam hal itu perseroan melepas 20% kepemilikannya pada Juni 2023 senilai Rp 105 miliar.

"Dan yang sedang berproses due diligence dengan potensial investor, sahamnya PTPP sebesar 6,74% di PT Citra Waspphutowa (perusahaan yang mengelola) Jalan Tol Depok-Antasari," kata Linda dalam Public Expose 2023 secara virtual, Rabu (20/12/2023).

Selain itu, PTPP juga akan melepas 49% kepemilikannya di PT Indonesia Ferry Property, 60% kepemilikannya di PT PP Properti Suramadu dan 38,7% kepemilikannya di PT Inpola Meka Energi. Kemudian, PTPP juga akan menjual 70% sahamnya di PT Odira Energi Karang Agung yang merupakan salah satu portofolio anak usahanya, PP Energi.

"Berlangsung juga dalam waktu dekat akan selesai di Gas Sale Purchase Agreement ( GSPA ) dan dilanjut Sale Purchase Agreement (SPA) yaitu PT Inpola Meka Energi. Ini salah satu portofolio anak usaha PT PP Energi," jelas Linda.

Selain divestasi, PTPP juga akan melelang aset berupa kendaraan dan alat berat yang kurang produktif. Dalam 2023 ini PTPP berencana melakukan divestasi dengan melepas saham pada perusahaan afiliasi di bidang properti dan infrastruktur, dengan target divestasi aset pada 2023 senilai Rp 1,4 triliun.

Butuh Divestasi Tol Semarang-Demak untuk Pangkas Utang 35%

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PTPP Agus Purbianto mengatakan PTPP perlu melakukan divestasi aset yang bernilai besar seperti Tol Semarang-Demak untuk menekan beban utang yang ada.

"Objek yang besar ini kita punya ada di Semarang-Demak dan ini bisa kita lakukan mungkin di awal 2026. Tentunya antara 2024 maupun 2025 berdasarkan forecast kami terkait dengan debt equity ratio ini akan turun, tapi tidak drastis dan tipis lah, boleh dikatakan flat," kata Agus.

Agus mengatakan posisi utang yang besar ini dipengaruhi unit bisnis di sektor properti yang pemulihannya dinilai butuh waktu cukup panjang. Jadi untuk menurunkan utang 30-35% menunggu dari hasil divestasi Tol Semarang-Demak jika seksi I sudah selesai.

"Jadi objek itu yang harapan kami bisa menurunkan secara signifikan terkait posisi debt equity ratio. Tentunya saat ini kita juga berusaha menurunkan, tetapi kalau dari aktivitas operasi core bisnis tentunya bisa menurunkan, tapi nggak terlalu dalam. Mungkin setengah, maksimal di 1%, itu pun juga bergantung dari posisi terkait kebutuhan operasi lainnya," imbuhnya.