EmitenNews.com -Selama sembilan bulan pertama tahun ini, PT Royal Prima Tbk (PRIM) menderita rugi bersih sebesar Rp14,13 miliar, terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan dari perawatan non- BPJS dan lonjakan beban pokok pendapatan.

 

Berdasarkan laporan keuangan Royal Prima Hospital yang dikutip Kamis (9/11), untuk periode Januari-September 2023 perseroan membukukan pendapatan Rp185,09 miliar atau merosot 6,83 persen (y-o-y), terutama dipicu penurunan pendapatan non- BPJS sebesar 11,28 persen (y-o-y) menjadi Rp65,66 miliar.

 

Di tengah penurunan pendapatan tersebut, jumlah beban pokok pendapatan PRIM selama sembilan bulan pertama di 2023 justru melonjak 11,09 persen (y-o-y) menjadi Rp144,92 miliar. Sehingga, laba bruto emiten sektor kesehatan ini menjadi Rp40,18 miliar atau anjlok 41,09 persen (y-o-y).

 

Per 30 September 2023, PRIM tercatat mengalami rugi sebelum pajak Rp15,07 miliar, padahal di periode yang sama 2022 masih bisa membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp16,73 miliar.

 

Kerugian sebelum pajak tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan beban administrasi per Kuartal III-2023 yang sebesar 5,52 persen (y-o-y) menjadi Rp57,15 miliar. Ditambah lagi dengan penurunan pendapatan bunga bank sebesar 12,62 persen (y-o-y) menjadi Rp1,8 miliar.

 

Dengan adanya manfaat pajak penghasilan per 30 September 2023 yang senilai Rp913,94 juta, maka rugi periode berjalan yang dicatatkan PRIM menjadi Rp14,16 miliar. Kondisi ini masih berbanding terbalik dengan capaian per 30 September 2022 yang membukukan laba periode berjalan Rp12,37 miliar.

 

Sementara itu, besaran rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk per Kuartal III-2023 senilai Rp14,13 miliar atau berbanding terbalik dengan Kuartal III-2022 yang masih bisa meraih laba bersih Rp12,42 miliar.

 

Per 30 September 2023, total ekuitas PRIM tercatat merosot 1,44 persen menjadi Rp968,5 miliar dari Rp982,66 miliar pada 31 Desember 2022. Sedangkan, jumlah liabilitas hingga akhir Kuartal III-2023 sebesar Rp50,37 miliar atau menurun 2,87 persen dibanding per akhir Desember 2022 yang sebesar Rp51,86 miliar.