EmitenNews.com — Selain berencana melakukan rights issue sebesar Rp1,2 triliun, pada tahun ini PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS) memutuskan untuk tidak membagikan dividen, sejalan dengan upaya perseroan untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum per akhir 2022 sebesar Rp3 triliun.

 

"Tentang penggunaan laba bersih (2021), keputusan RUPS adalah tidak membagikan dividen. Dengan pertimbangan sesuai dengan POJK tentang permodalan, bank perlu mencapai modal Rp3 triliun pada akhir 2022," kata Direktur AGRS, Alexander Frans Rori usai RUPST di Jakarta, Jumat (3/6).

 

Untuk itu, perseroan tidak mengalokasikan laba bersih Tahun Buku 2021 sebagai dividen, melainkan untuk memperkuat struktur permodalan. Nantinya, lanjut Alexander, tambahan modal juga akan dilakukan melalui penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue.

 

Dia menyebutkan, pada tahun lalu, AGRS juga sudah mendapatkan tambahan modal dari Pemegang Saham Pengendali (PSP), Industrial Bank of Korea (IBK Bank Korea) sebesar Rp1 triliun. Saat ini kepemilikan IBK Bank Korea di AGRS mencapai 91,34 persen, sedangkan selebihnya dimiliki publik.

 

Berdasarkan Prospektus AGRS, perseroan akan menawarkan saham sebanyak-banyaknya 10.928.961.749 lembar bernilai nominal Rp100 per saham atau setara 38,22 persen dari total modal ditempatkan dan disetor penuh setelah PM-HMETD IV. Dengan harga pelaksanaan rights issue senilai Rp110 per saham, maka dana yang akan dihimpun mencapai Rp1,2 triliun.

 

Pada rencana rights issue yang sudah mendapatkan persetujuan dari para pemegang saham ini, IBK Bank Korea sebagai pemegang saham utama akan melaksanakan sebagian haknya untuk membeli saham baru yang ditawarkan melalui PM-HMETD IV hingga senilai Rp999.999.999.900 atau sebanyak 9.090.909.090 saham. "Rights issue ini kami perkirakan selesai pada Juli atau Agustus 2022," ujar Alexander.

 

PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS) menargetkan laba bersih mencapai Rp62,7 miliar pada akhir tahun 2022. Jika berhasil, terdapat lonjakan 393,7 persen dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp12,737 miliar.

 

Alexander Frans Rori menambahkan, target kinerja itu ditopang pengelolaan profit untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan dengan membuat pondasi pertumbuhan profit Fx untuk melalui berbagai cara, peningkatan modal dan penguatan manajemen profit dan biaya serta peningkatan manajemen ALM yang proaktif.

 

Dengan strategi itu kami yakin dapat tambahan laba bersih Rp50 miliar pada akhir 2022. Ia melanjutkan pertumbuhan kredit  tahun 2022 diharapkan capai 38 persen menjadi Rp8,4 triliun, dari posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp6,076 triliun. Hal itu dibarengi dengan pengendalian risiko sehingga diharapkan rasio kredit bermasalah atau NPL sebesar 2,5 persen.