EmitenNews.com—Sebanyak 30 pelari dari berbagai profesi dan latar belakang serta dari berbagai daerah di Indonesia akan berlari pada tanggal 14 Januari 2023 di Sabang, provinsi Aceh. Kurang lebih 47 KM jarak yang akan ditempuh para pelari dalam rangka mengkampanyekan “Zero Thalassemia”, untuk membantu penyintas thalasemia di Aceh dan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia mengenai bahaya thalassemia, dengan harapan di tahun 2035 tidak akan ada lagi angka kelahiran thalasemia mayor, zero thalassemia.

 

Seperti kita ketahui bersama bahwa thalasemia merupakan penyakit keturunan (genetik) yang belum ada obatnya, di mana salah satu upaya penyembuhannya adalah dengan transplantasi sumsum tulang belakang. Namun upaya untuk memperbaiki “pabrik” darah ini, sangat mahal biayanya dan memakan waktu yang lama. Transfusi darah secara rutin biasanya dilakukan sebulan sekali atau kurang, sedangkan efek sampingnya adalah terjadi penumpukan zat besi di dalam darah pasien. Untuk mengurangi zat besi dalam tubuh, pasien juga harus rutin minum obat setiap hari. Biaya transfusi darah dan obat-obatan yang harus dikonsumsi itu tergolong besar, apalagi hal itu rutin dilakukan seumur hidup.

 

“Banyaknya kasus thalasemia di Aceh dan menyadari Aceh merupakan provinsi dengan prevalensi thalasemia tertinggi di Indonesia, maka kami ingin membuat sebuah acara lari amal yang rencananya akan dibuat sekali dalam setahun, untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya laten thalasemia dan untuk mengurangi angka kelahiran thalasemia mayor di Aceh. Selain itu, juga untuk membantu memfasilitasi para penyintas thalasemia di Aceh yang setiap bulan harus melakukan transfusi darah secara rutin di RSUD Dr. Zainoel Abidin,” kata Nurjannah, Founder Yayasan Darah untuk Aceh (YDUA) atau yang lebih akrab disapa Kak Nunu.


“Kami mengajak para pelari baik dari beberapa daerah yang mau mendukung kampanye kami dengan berlari dan menggalang dana untuk para penyintas thalasemia di Aceh” ujar Kak Nunu.

 

Kak Nunu juga menambahkan, selain acara lari, YDUA akan terus menggaungkan kampanye ini agar masyarakat semakin mengenal thalasemia, khususnya pasangan yang akan menikah agar melakukan screening untuk mengetahui apakah ada sifat thalasemia yang berisiko diturunkan atau tidak, untuk mencegah bertambahnya angka kelahiran dengan thalasemia.

 

“Akibat thalasemia, kebahagiaan dirampas, kehidupan direnggut, bahkan pada usia dini. Namun masih ada yang dapat kita lakukan, selalu akan ada harapan, untuk mengembalikan kebahagiaan itu, untuk mempertahankan kehidupan itu. Dan kami akan berlari untuk itu” kata salah satu pelari yang akan perpartisipasi dalam “Run for Zero Thalassemia”, Nicky Hogan.