EmitenNews.com - Gerak saham Bank Panin (PNBN) sangat fluktuatif. Hanya dalam durasi satu bulan, saham perseroan terpangkas 29,08 persen. Tereduksi 490 poin menjadi Rp1.195 dari 23 April 2025 senilai Rp1.685. 

Gonjang-ganjing dan koreksi signifikan saham perseroan itu, dikaitkan dengan isu DBS sebagai buyer terakhir. Namun, rumor tersebut langsung dibantah manajemen Panin Bank. ”Kami tidak mengetahui isu tersebut,” tepis Jasman G. Munte, Corporate Secretary Bank Pan Indonesia. 

Saat ini, Bank Panin tengah dalam proses buyback senilai Rp500 miliar. Dana itu untuk menyerap 286-416 juta saham beredar. Harga pelaksanaan buyback berada di kisaran Rp1.200-1.750 per eksemplar. 

Hajatan itu, akan dilakukan dalam tempo tiga bulan. Tepatnya, sejak 24 Maret 2025 hingga 23 Juni 2025. Tindakan itu, didasari harga saham perseroan pada penutupan perdagangan 30 Desember 2024 tercatat Rp1.860, dan pada 21 Maret 2025 bertengger di kisaran Rp1.370. So, harga saham perseroan telah mengalami penurunan sebesar 26,3 persen.   

Koreksi harga saham itu, tidak mencerminkan kinerja perseroan. Nah, pelaksanaan buyback merupakan salah satu bentuk usaha untuk mendukung stabilitas pasar modal, meningkatkan nilai pemegang saham, dan kinerja saham perseroan. Perseroan berencana menyimpan saham hasil buyback sebagai saham treasury.

Aksi itu, diharap menyetabilkan harga dari kondisi pasar fluktuatif, menjaga harga saham pada level positif, dan pada akhirnya berimbas pada nilai pemegang saham. Kalau perseroan menggunakan seluruh dana buyback itu, jumlah aset dan ekuitas akan menurun Rp500 miliar. (*)