EmitenNews.com - Para penyelenggara Umrah dan Haji Khusus di Indonesia sudah bisa tersenyum lebar. Setelah megap-megap selama pandemi Covid-19, kini bisnis religi ini, boleh dikata sudah mulai menggeliat. Sejak pemberangkatan pertama Umrah pada 8 Januari 2022, hingga saat ini, sudah lebih dari 50 ribu jemaah berangkat menunaikan ibadah Umrah di Tanah Suci. Penyelenggaraan umrah sudah mendekati normal, seperti sebelum pandemi Covid-19.


Bagusnya lagi, kepada EmitenNews, Rabu (6/4/2022), Sekretaris Jenderal Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji Khusus (Himpuh), H. Muhammad Firman Taufik, mengungkapkan, aturan yang diterapkan pemerintah selama pandemi Covid-19, atau sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan adanya penderita infeksi virus Corona di Tanah Air, Senin (2/3/2020), kini mulai dilonggarkan.


“Makin ke sini, regulasi juga semakin mengendor,” kata Direktur Utama PT Turisina Buana (Tibi Tours) yang karib disapa Firman Tibi ini.


Firman mencontohkan, dahulu ada aturan tentang karantina. Tidak saja berupa karantina sebelum keberangkatan, tetapi juga karantina setiba di Saudi, ditambah karantina kepulangan. Semuanya itu, menyebabkan kenaikan signifikan harga paket Umrah, namun terbukti tidak menyurutkan minat para tamu Allah untuk mengunjungi Baitullah. “Saat ini bisa dikatakan penyelenggaraan Umrah sudah hampir mendekati normal seperti saat-saat sebelum pandemi.”


Jadi, sebenarnya bisnis sudah bergulir saat Umrah dimulai pada 8 Januari 2022, saat pintu Arab Saudi kembali terbuka untuk jemaah Indonesia, setelah tertutup dua tahun lebih akibat pandemi virus Corona, atau coronavirus disease 2019 (Covid-19). Bisnis mulai bergulir, utamanya buat para pelaku usaha di bidang penyelenggaraan perjalanan ibadah Umrah (PPIU).


Pelonggaran kebijakan baik oleh pihak Saudi Arabia selaku tuan rumah maupun pemerintah Indonesia membuat bisnis ini semakin menggeliat. Firman Tibi menyodorkan bukti, dengan sold outnya tiket-tiket penerbangan menuju Saudi baik direct flight maupun pesawat dengan rute transit. “Mencari hotel di Medinah saat ini seperti mencari jarum ditumpukan jerami. Fully booked.”


Ada yang dikhawatirkan Himpuh dari kondisi setelah pandemi Covid-19 ini. Firman mengkhawatirkan potensi jemaah gagal berangkat, dikarenakan demand yang luar biasa ini. Di satu sisi keran pendaftaran terbuka lebar, di sisi lain ketersediaan seat dan hotel sudah tidak sebanding dengan jumlah pendaftar.


Dengan kondisi yang ada saat ini, Firman Tibi menilai, sepertinya para pihak terjebak pada euforia. Akibatnya, konsep 5 Pasti Umrah (pasti travelnya, pasti visanya, pasti penerbangannya, pasti hotelnya, pasti tanggal berangkatnya) agak terkesampingkan.


“Himpuh sangat menghimbau anggotanya agar tidak secara sengaja membuka pendaftaran Umrah tanpa kesiapan fasilitas pendukungnya,” kata Sekretaris Jenderal Himpuh, H. Muhammad Firman Taufik. ***