EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali tahun ini, akan bergerak sideway cenderung melemah. Para investor akan merespons rilis data inflasi Desember 2021. Pemodal memperkirakan terjadi lonjakan inflasi 1,8 persen secara tahunan. 


Oleh karena itu, IHSG sepanjang perdagangan hari ini, Senin (3/1) akan bergerak pada rentang support 6.560, dan resisten 6.630. ”Pada perdagangan kemarin IHSG membentuk candle merah cukup tebal, terjadi lower high, dan ditutup level MA 5 akan diuji pada hari ini dengan rentang konsolidasi makin menyempit. 


Kala IHSG mengalami fluktuasi, sejumlah saham memiliki potensi penguatan. ”Misalnya, saham DILD, BBRI, SAMF, BALI, SMRA, IRRA, SCMA, dan TPIA,” tutur Lukman Hakim, Research Analyst Reliance Sekuritas.


Akhir tahun lalu, IHSG ditutup turun 0,29 persenmelem menjadi 6.581,48. Koreksi dipicu aksi profit taking khususnya investor asing menjelang tahun baru 2022. Selain itu, para pemodal masih melihat ketidakpastian pada 2022 soal pandemi yang mengganggu perekonomian dunia. 


Koreksi bursa juga didorong sektor industrials minus 1,47 persen, sektor energy turun 1,46 persen, dan sektor transportasi tekor 1,01 persen. Para investor asing membukukan net sell pasar regular Rp223.80 miliar, dengan saham-saham paling banyak dijual BBRI, MTEL, dan ADRO.


Bursa saham Amerika Serikat (AS), menyudahi tahun 2021 di zona merah. Pelemahan tertinggi S&P 500 anjlok 1,26 persen. Sepanjang 2021 beberapa katalisator mewarnai pergerakan saham AS seperti fenomena stock meme, pandemi Covid-19, kekurangan tenaga kerja, stimulus ekonomi, dan supply chain terganggu seluruh dunia.


Sementara itu, dari bursa Asia, beberapa indeks Asia masih libur untuk tahun baru 2022. Sementara kabar dari South Korea terjadi percepatan produksi manufaktur. Namun, terjadi penurunan ekspor pada Desember 2021. Data HIS Markit PMI menunjukkan kenaikan dari 50.9 di November, dan Desember naik 51.9. (*)