EmitenNews.com - Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik, mengungkapkan bahwa pihaknya bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah melakukan kajian mendalam terkait rencana peningkatan porsi saham free float di pasar modal.

Menurut Jeffrey, pembahasan tersebut menjadi bagian dari langkah strategis untuk memperkuat likuiditas pasar dan memperluas basis investor, termasuk menarik minat investor asing sesuai arahan Komisi XI DPR RI.

“Untuk free float, kita diskusi terus dengan OJK. Itu bagian dari pendalaman pasar yang akan terus kita lakukan,” ujar Jeffrey usai pembukaan Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2025 di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (17/10).

Selain isu free float, Jeffrey juga menyinggung rencana peluncuran Exchange Traded Fund (ETF) berbasis emas, yang hingga kini masih menunggu finalisasi regulasi dari OJK. Produk ini diharapkan menjadi alternatif investasi baru berbasis komoditas yang dapat menarik minat investor ritel, khususnya yang cenderung mencari instrumen safe haven.

Lebih lanjut, Jeffrey menyampaikan bahwa penerapan kembali transaksi short selling akan ditunda hingga 17 Maret 2026. Keputusan tersebut diambil seiring dengan upaya regulator menjaga stabilitas pasar di tengah dinamika ekonomi global.

Sebagai catatan, kebijakan relaksasi seperti short selling maupun buyback tanpa persetujuan RUPS bersifat temporer dan akan terus dievaluasi mengikuti perkembangan kondisi pasar serta pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).