EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhir pekan lalu ditutup 0,43 persen menjadi 8.508. Koreksi tersebbut antara lain dipicu profit taking setelah indeks sempat mencapai rekor tertinggi baru pekan lalu. Pada perdagangan Jumat, saham sektor teknologi mencatat koreksi terbesar, dan saham sektor energi membukukan penguatan terbesar. 

Rupiah melemah ke level Rp16.675 per dolar Amerika Serikat (USD), setelah sempat menguat pekan lalu. Indeks bursa Asia ditutup mixed. Investor mencermati perkembangan data ekonomi terbaru. Inflasi Jepang Oktober 2025 turun menjadi 2,7 persen dari September 2025 melambat dari 2,8 persen. 

Sebaliknya, inflasi inti menjadi 2,8 persen dari September 2025 di level 2,7 persen. Data inflasi tersebut lebih tinggi dari target bank sentral Jepang sebesar 2 persen, sehingga memperkuat potensi akan kenaikan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Nah, investor domestik akan mencermati data ekonomi pekan ini. 

Yaitu, indeks PMI manufacturing, neraca perdagangan, inflasi, dan cadangan devisa. Neraca perdagangan Oktober 2025 diperkirakan membukukan surplus USD3,8 miliar dari September 2025 di posisi USS4,34 miliar. Inflasi diperkirakan mencapai 0,3 persen MoM, dan 2,8 persen YoY November 2025 dari Oktober 2025 di level 0,28 persen MoM, dan 2,86 persen YoY. 

Secara teknikal, positive slope histogram MACD makin melemah, dan indikator Stochastic RSI bergerak menurun. Indeks ditutup di bawah level MA5, namun masih di atas level MA20. Namun, jangka menengah, dan jangka panjang, indeks masih di area bullish. So, indeks diprediksi bergerak sideways.

Sepanjang perdagangan hari ini, Senin, 1 Desember 2025, indeks akan menjelajahi area support 8.470, dan posisi resistance 8.600. Berdasar data itu, Phintraco Sekuritas menyarankan invvestor mengoleksi sejumlah saham berikut. Yaitu, PWON, INKP, PGAS, NCKL, PSAB, dan ERAA. (*)