Simak! Berikut Saham Pilihan Analis Perdagangan Hari Ini

Ilustrasi gambar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI)
EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,31 persen atau 22,481 poin ke level 7.240,277 pada akhir perdagangan kemarin, Kamis (25/7). IHSG bergerak sesuai perkiraan dengan mencoba menutup gap ke level 7.200.
Secara teknikal, IHSG membentuk pola three black candles yang biasanya mengindikasikan minor bearish reversal. Namun, kondisi oversold pada Stochastic RSI dan adanya neckline di level 7.200 membuka peluang bagi IHSG untuk menjaga fase konsolidasi.
"Pergerakan IHSG dipengaruhi oleh realisasi kinerja keuangan semester I 2024," tutur Equity Research Analyst, Alrich Paskalis Tambolang, dalam risetnya, dikutip Jumat (26/7).
Dari sisi eksternal, pasar memperhatikan estimasi pertumbuhan ekonomi kuartal II 2024 di Amerika Serikat yang diperkirakan membaik menjadi 2% qoq dari 1,4% qoq pada kuartal I 2024 dan estimasi initial jobless claims.
CME FedWatch Tools mencatat peluang pemangkasan suku bunga sebesar 50 bps pada FOMC September 2024 sebesar 18,7 persen. Sementara itu, dari dalam negeri, pasar mulai fokus pada rilis laporan keuangan kuartal II 2024 dari emiten-emiten di IDX.
Emiten-emiten yang dijadwalkan merilis kinerja 2Q24 dalam waktu dekat termasuk ASII, BBNI, BMRI, BTPN, UNTR, dan MTEL. "Kami perkirakan IHSG pada Jumat (26/7) akan berada pada rentang support 7.175, pivot 7.230, dan resistance 7.280," ungkapnya.
Oleh karena itu, Alrich merekomendasikan untuk mencermati saham Medikaloka Hermina (HEAL), Astra Agro Lestari (AALI), London Sumatera (LSIP), Tri Putra Agro (TAPG), Telkom Indonesia (TLKM), dan Mitra Adiperkasa (MAPI).
Related News

Serapan Beras Bulog Tembus 2 Juta Ton, Rekor Tertinggi dalam 58 Tahun

Produksi Beras RI Terbesar di ASEAN, Ungguli Vietnam dan Thailand

Enam Emiten Masuk Cum Date Dividen Besok!

Tambah 600 Ribu Nasabah Baru, STAR AM Punya AUM Rp21,98T

Tak terdampak PHK, Panasonic Indonesia Jadi Basis Ekspor ke 80 Negara

Reformasi Kebijakan TKDN Bukan Karena Kebijakan Tarif Trump