EmitenNews.com - Ini langkah pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat di tengah pandemi Covid-19. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mencatat, realisasi subsidi energi di sepanjang tahun 2021 sebesar Rp131,5 triliun. Terbesar masih diduduki sektor bahan bakar minyak (BBM) dan LPG, sampai mencapai Rp83,7 triliun.


"Subsidi energi ini dipertahankan untuk menjaga daya beli masyarakat dalam pemulihan ekonomi," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam konferensi pers Capaian Kinerja Tahun 2021 dan Program Tahun 2022, di Jakarta, Rabu (12/1/2022).


Menteri ESDM Arifin Tasrif merinci, realisasi subsidi energi terbesar masih diduduki sektor BBM dan LPG. Yakni, mencapai Rp83,7 triliun. Lainnya, sektor kelistrikan sebesar Rp47,8 triliun.


Target subsidi sektor energi tahun 2022 lebih tinggi dari tahun lalu. Yaitu, sebesar Rp134 triliun. Seperti tahun sebelumnya, subsidi terbesar masih dialokasikan kepada sektor BBM dan LPG, yaitu Rp77,5 triliun. Untuk sektor kelistrikan alokasi subsidi mencapai Rp56,5 triliun.


Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menegaskan bahwa penggunaan kendaraan listrik bisa mendorong pengurangan impor BBM. Ini juga akan mendukung ketahanan energi nasional.


Kepada pers, di Jakarta, Rabu (14/7/2021), Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, mengatakan, pemanfaatan kendaraan listrik akan mengurangi impor BBM, mengurangi pemanfaatan BBM yang asalnya lebih banyak impor.


Saat ini, penggunaan gasoline di Indonesia masih impor. Saat ini produksi diesel sudah cukup untuk disubtitusi dengan biofuel. Karena itu, biofuel akan terus ditingkatkan terutama mensubtitusi pemanfaatan bensin, atau premium.


Saat ini sedang dilakukan kegiatan pengembangan pilot project komersial produksi green fuel bioavtur dan green diesel. Setelah itu akan juga masuk ke green gasoline.


Menurut Dadan Kusdiana, potensi pengurangan impor BBM yakni bensin dan diesel bisa mencapai 67,9 bopd bila disubtitusi dengan penggunaan kendaraan listrik. Angka ini setara dengan penghematan devisa negara sebesar USD1,6 miliar. Di samping itu, ada potensi penghematan subsidi BBM per tahun hingga Rp600 miliar.


Penghematan tersebut bisa dicapai dengan target penggunaan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) sebanyak 2 juta mobil dan 13 juta sepeda motor. Dengan begitu secara bertahap akan ada penghematan energi mencapai 26,95 MBOE.


Begitu juga dengan efek gas rumah kaca juga akan turun hingga 6,66 juta ton. Namun akan menambah penggunaan listrik hingga 7,1 TWh secara bertahap.


Dari sisi masyarakat, penggunaan KBLBB bisa menghemat biaya bahan bakar. Bagi pengguna sepeda motor listrik bisa menghemat Rp100 ribu per bulan dan Rp320 ribu per bulan bagi pengguna mobil listrik. ***