EmitenNews.com - Limas Indonesia Makmur (LMAS) tengah dibelit beragam masalah. Mulai laporan keuangan edisi 2021, 31 Maret 2022, dan 30 Juni 2022  belum beres. Lalu, kewajiban keuangan atas keterlambatan penyampaian laporan keuangan berujung ancaman delisting belum menemui titik terang.


Manajemen Limas Makmur mengklaim saat ini laporan keuangan audit per 31 Desember 2021 belum rampung, karena masih ada masalah pada entitas usaha yaitu PT Geotech System Indonesia (GSI) dalam proses penyelesaian. Akibatnya, laporan keuangan interim per 31 Maret 2022, 30 Juni 2022, dan 30 September 2022, belum dapat disusun karena tergantung pada laporan keuangan audit per 31 Desember 2021. 


Proses audit perseroan sebagai entitas induk, dan entitas anak usaha yaitu GSI telah rampung. Di mana, saat ini dalam proses penyusunan laporan audit oleh auditor. Laporan keuangan audit 2021 diperkirakan rampung pada Maret 2023, dan segera di submit setelah itu.


Sejumlah dilakukan untuk memperbaiki performa perseroan. Pada kuartal pertama 2023, entitas induk melakukan peningkatan penjualan produk/layanan berupa StockWatch, LimasFeed, dan StockWidget kepada emiten terutama masuk bursa pada 2022, 2023, perusahaan sekuritas, dan investor perorangan 


Lalu, pada kuartal II-2023 memperluas pasar ke perusahaan pengelola dana pensiun saat ini berjumlah sekitar 224 perusahaan. Mengembangkan aplikasi yang akan membantu dana pensiun, dan investor lain mengambil keputusan investasi, terutama saham. Meluncurkan aplikasi berupa tools berbasis gabungan fundamental analysis dan technical analysis pada akhir kuartal pertama atau awal kuartal II-2023.


Sejumlah kendala mengadang perseroan yaitu persaingan bidang layanan data real time pasar modal, dan keuangan sangat ketat. Perseroan tidak hanya bersaingan dengan penyedia layanan serupa, tetapi juga perusahaan sekuritas, dan perusahaan media (seperti Yahoo Finance) yang menyediakan data serupa dengan tawaran gratis.


Nah, untuk perbaikan kinerja, perseroan mengembangkan layanan StockWidget. Hanya, hasilnya belum seperti diharapkan. Hal serupa dialami entitas usaha, marjin dari usaha penyewaan/penjualan perangkat lunak, dan perangkat cenderung makin kecil. Kondisi itu, berdampak terhadap arus kas, dan menyebabkan kerugian selama beberapa tahun terakhir. 


”Bahkan, untuk sekadar menutup kebutuhan operasional mendesak, beberapa kali perseroan memperoleh pinjaman dari pemegang saham pendiri,” tulis Baso Amir, Corporate Secretary Limas Indonesia Makmur. (*)