EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melorot 1,95 persen menjadi 8.066. Mayoritas indeks bursa Asia ditutup melemah. Tiongkok menjatuhkan sanksi kepada lima anak usaha Hanwha Ocean berkaitan dengan Amerika Serikat. Perusahaan pembuat kapal Korea Selatan itu, diduga terlibat dalam penyelidikan terhadap industri pelayaran Tiongkok. 

Tiongkok juga melarang organisasi, dan individu negeri Panda tersebut untuk melakukan bisnis dengan perusahaan terkena sanksi. Itu dikhawatirkan akan meningkatkan ketegangan Tiongkok-AS. Per September 2025, defisit APBN 1,56 persen dari PDB atau setara Rp371,5 triliun, melebar dibanding Agustus 2025 sebesar 1,35 persen dari PDB. 

Namun, defisit itu masih lebih rendah dibanding target defisit APBN 2025 sebesar 2,78 persen. Pendapatan negara mencapai Rp1.863,3 triliun atau 65 persen dari target, lebih rendah dari periode sama tahun lalu Rp2.000,6 triliun. Sedang realisasi belanja mencapai Rp2.234,8 triliun, atau 63,4 persen dari target 2025. 

Keseimbangan primer Rp18,0 triliun. Itu artinya pendapatan negara cukup membiayai belanja di luar pembayaran bunga utang. Investor akan mencermati data Foreign Direct Investment (FDI) kuartal III 2025, diperkirakan turun 6 persen setelah kuartal II-2025 turun 7 persen. 

Secara teknikal, indikator Stochastic RSI dan MACD mengalami death cross disertai dengan kenaikan volume jual. Indeks juga ditutup di bawah level MA5, dan MA20. So, sepanjang perdagangan hari ini, Rabu, 15 Oktober 2025, indeks diperkirakan  melanjutkan koreksi.

Ya, indeks akan menjelajahi area support di kisaran 7.950, dan resistance 8.150. Berdasar data itu, Phintraco Sekuritas menyarankan para investor untuk mengoleksi sejumlah saham berikut. Yaitu, Adi Sarana (ASSA), Trimegah Bangun Persada (NCKL), Indika (INDY), Medco (MEDC), dan Ultrajaya (ULTJ). (*)