EmitenNews.com - Indeks saham di Asia sore ini Rabu (27/10) di tutup turun. Analis Phillip Sekuritas, Dustin Dana Pramitha, menyebut salah satu faktor pemicunya karena investor mempertimbangkan tekanan harga global yang semakin intensif serta peningkatan ketegangan dalam hubungan antara AS dan Tiongkok.


Inflasi Umum Australia naik 0.8% Q/Q (3.0% Y/Y) di 3Q21, sesuai dengan ekspektasi pasar. Namun Trimmed Mean CPI, indikator yang di gunakan bank sentral Austraila (RBA) untuk mngukur inflasi inti, naik 0.7% Q/Q, lebih tinggi dari prediksi 0.5%.

Secara tahunan (Year-on-Year), Trimmed Mean CPI melonjak 2.1% di 3Q21, jauh di atas ekpektasi 1.8% dan untuk pertama kali dalam 6 tahun terakhir kembali berada dalam kisaran target 2% - 3% yang di tetapkan oleh RBA.


RBA meramalkan bahwa inflasi inti tidak akan mencapai 2% hingga pertengahan 2023 sehingga suku bunga acuan Cash Rate akan tetap berada di tingkat super rendah 0.1% hingga 2024.


"Investor menilai RBA tidak tanggap dalam mengantisipasi inflasi sehingga harus menaikkan suku bunga jauh lebih cepat, mungkin pada bulam Juli tahun depan. Akibatnya, mereka melakukan aksi jual atas surat utang Pemerintah Australia yang bertenor pendek," kata Dustin.


Hal inilah yang menyebabkan imbal hasil (yield) surat utang yang bertenor 3 tahun naik menjadi 0.21%, lebih tinggi dari target RBA yang sebesar 0.1%.


"Hal serupa juga pernah terjadi pada surat utang Pemerintah Selandia Baru minggu lalu setelah data memperlihatkan inflasi naik dengan laju tercepat dalam satu dekade," sambungnya.


Berkaitan dengan ketegangan antara AS dan Tiongkok, Pemerintah AS (melalui Federal Communications Commission atau FCC) memutuskan untuk menarik izin operasi unit usaha China Telecom di AS dengan alasan ancaman pada keamanan nasional.


Ini berarti China Telecom America harus menghentikan semua layanan dalam waktu 60 hari setelah hampir 20 tahun beroperasi di AS.


Sementara itu, investor memberikan reaksi negatif pada berita bahwa badan pengawas atau regulator Tiongkok merencanakan peraturan pendaftaran yang lebih ketat bagi pengguna internet berusia muda.


Dari sisi makroekonomi, data Industrial Profit memperlihatkan bahwa profitabilitas perusahaan di sektor Industrial Tiongkok lompat 16.3% (Y/Y) di bulan September menjadi 738.7 miliar Yuan, lebih cepat dari pertumbuhan pada bulan Agustus yang hanya 10.1% (Y/Y).


Akselerasi laju pertumbuhan profitabilitas ini terjadi pada saat sektor Industrial mendapat pukulan hebat dari lonjakan harga batubara, kelangkaan bahan mentah dan pembatasan penggunaan listrik.


Statistik
IHSG: 6,602.21 | -54.73 poin |(-0.82%)
Volume (Shares) : 21.6 Billion
Total Value (IDR) : 13.4 Trillion
Market Cap (IDR) : 8,132.7 Trillion
Foreign Net BUY (RG): IDR 151.6 Billion
Saham naik : 193
Saham turun : 334


Sektor Penekan Indeks:
Teknologi : -54.70 poin
Keuangan : -19.01 poin
Energi : -10.75 poin


Top Gainers:
IBST : 9,275| +825| +9.76%
MASA : 4,870| +570| +13.26%
MCOL : 2,850| +570| +25.00%
GHON : 2,780| +550| +24.66%
GGRM : 34,500| +350| +1.02%


Top Losers:
DCII : 46,000| -1,500| -3.16%
ITMG : 24,150| -1,050| -4.17%
DSSA : 32,825| -475| -1.43%
TECH : 7,250| -450| -5.84%
ARTO : 14,825| -350| -2.31%.(fj)