EmitenNews.com - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menemukan biang kerok jatuhnya korban jiwa dalam tragedi Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) malam. Hasil investigasi sementara, Komnas HAM menduga, penyebab utama tewasnya 131 jiwa dalam peristiwa memilukan itu, gas air mata, yang ditembakkan aparat kepolisian ke arah penonton di tribun.


"Kami meyakini bahwa problem utama dari peristiwa Kanjuruhan adalah penggunaan gas air mata," kata Komisioner Komnas HAM Choirul Anam dalam konferensi pers, Rabu (12/10/2022).


Kesimpulan sementara yang dipaparkan Komnas HAM itu, kata Choirul Anam, didukung sejumlah bukti yang telah dikumpulkan Komnas HAM mulai dari dokumen hingga keterangan beberapa saksi. "Dengan pendalaman yang kami punyai mulai dari rencana pengamanan, prakondisi, beberapa dokumen sampai dokumen kunci kami sampai detik ini."


Data Komnas HAM menunjukkan, ada 738 korban tragedi Kanjuruhan. Rinciannya, 131 orang meninggal dunia, dan 606 orang mengalami luka-luka. "Pemicu dari jatuhnya banyak korban adalah gas air mata, termasuk yang ke tribun."


Choirul Anam juga mengungkapkan temuan lain saat kerusuhan. Suporter, sempat melemparkan sepatu ke lapangan Stadion Kanjuruhan akibat tak kuat mendapatkan semprotan gas air mata.


"Jadi kami menemukan banyak sepatu di lapangan karena kepanikan gas air mata yang tadinya ditembakkan ke lapangan, lalu ke tribun. Sebagai senjata ketidakberdayaan makanya sepatu dipakai," ujarnya.


Kesimpulan Komnas HAM ini, secara tidak langsung mematahkan keterangan pihak Polri sebelumnya. Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo, di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (10/10/2022), menegaskan penyebab kematian ratusan orang dalam tragedi Stadion Kanjuruhan itu, bukan dikarenakan kandungan dalam gas air mata yang dilepaskan petugas saat pengendalian massa.


Irjen Dedi Prasetyo menyampaikan, berdasarkan keterangan dokter Rumah Sakit Saiful Anwar Malang bahwa tidak ada yang menyebut gas air mata menjadi penyebab kematian dalam tragedi Stadion Kanjuruhan itu.


"Dari penjelasan para ahli, spesialis yang menangani korban meninggal dunia maupun yang luka, dari dokter spesialis penyakit dalam, penyakit paru, penyakit hati dan juga spesialis penyakit mata, tidak satupun yang menyebutkan penyebab kematian adalah gas air mata," tutur Dedi Prasetyo.


Penjelasan tersebut dari Direktur RS Saiful Anwar saat kunjungan Irjen Dedi Prasetyo langsung ke rumah sakit pada Senin (3/10/2022). Dia datang bersama Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, (ketika itu) Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta, serta beberapa pejabat lainnya.


"Penyebab kematian adalah kekurangan oksigen. Terjadi berdesak-desakkan, kemudian terinjak-injak, bertumpuk-tumpukan yang mengakibatkan kekurangan oksigen pada Pintu 13, 11, 14, 3," urai Humas Polri Dedi Prasetyo. ***