EmitenNews.com—Per 30 September 2022, total liabilitas PT Hillcon Tbk (HILL) tercatat Rp2,23 triliun atau melonjak 23,89 persen dibanding per 31 Desember 2021, yakni Rp1,8 triliun. Total liabilitas tersebut didominasi liabilitas jangka pendek. 

 

Per akhir kuartal III-2022, jumlah liabilitas jangka pendek mencapai Rp1,49 triliun, sedangkan liabilitas jangka panjang senilai Rp742 miliar.

 

Emiten pendatang baru di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Hillcon Tbk yang berkode saham HILL menargetkan 45 persen pendapatan berasal dari jasa pertambangan nikel pada 2023. Sisanya sebesar 55 persen dikontribusikan dari jasa pertambangan batu bara.

 

Direktur HILL Jaya Angdika menyatakan optimistis pendapatan perseroan bisa mencapai Rp6 triliun pada 2023, dengan laba bersih mencapai Rp700 miliar hingga Rp800 miliar.

 

"Selain itu, kami optimistis volume produksi pertambangan nikel bisa mencapai 15 juta metrik ton nikel pada 2023, dari sebanyak 9 juta pada 2022," katanya dalam konferensi pers di Aula Utama BEI, Jakarta, Rabu (1/3/2023).

 

HILL juga menargetkan jasa pertambangan batu bara dan nikel bisa seimbang masing-masing berkontribusi sebesar 50 persen terhadap pendapatan perseroan.

 

Hillcon resmi mencatatkan saham perdana (IPO) dengan meraih dana senilai Rp552,8 miliar yang hampir setengahnya akan digunakan untuk mengembangkan industri nikel di Tanah Air.


HILL menerbitkan sebanyak 442,3 juta saham baru atau 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan, dengan harga penawaran sebesar Rp1.250 per saham.

 

Sebagai produsen nikel terbesar di dunia, Indonesia diprediksi akan memproduksi sekitar 1,2 juta ton nikel pada 2022 atau setara dengan 37,5 persen dari total produksi global. Indonesia juga merupakan produsen stainless steel terbesar kedua di dunia setelah China.