EmitenNews.com—Lembaga pemeringkat Moody's meningkatkan peringkat Corporate Family Rating (CFR) PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi B3 seiring upaya perusahaan dalam melunasi utangnya.


Melansir rilis pers Moody's Investors Service pada Senin (21/11/2022), rating CFR BUMI naik menjadi B3, dari sebelumnya yaitu Caa3. Informasi saja, rating B dianggap memiliki risiko kredit yang tinggi. Sedangkan rating Caa memiliki risiko kredit yang sangat tinggi dengan reputasi buruk.


Sementara CFR merupakan rating jangka panjang yang mencerminkan risiko dari kondisi perusahaan seperti utang dan kerugian finansial yang dapat terjadi bila mengalami gagal bayar.


"Peningkatan (rating) tersebut mencerminkan peningkatan substansial dalam struktur permodalan BUMI setelah pelunasan utang sebesar USD1,6 miliar dengan hasil dari penerbitan saham baru," kata Vice President & Senior Analyst Moody's Maisam Hasnain.


Ia juga menambahkan, kualitas kredit emiten Grup Bakrie tersebut akan terus diuntungkan dari posisinya sebagai produsen batu bara terbesar di Indonesia melalui kepemilikan saham mayoritas di PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia.


Selain itu, meningkatnya  rating  dari BUMI seiring dengan upaya perusahaan dalam menggunakan kas internal untuk melunasi sisa bunga yang harus dibayar di bawah obligasi wajib konversi (MCB) sebesar USD150 juta yang jatuh tempo pada Desember 2024.


Sedangkan Moddy's juga memperkirakan, BUMI akan menggunakan kas internalnya selama 1-2 tahun ke depan guna mendanai inisiatif diversifikasi bisnisnya yang mencakup segmen hilir batu bara atau mineral non-batu bara.


"B3 CFR BUMI juga bergantung pada dividen dari perusahaan pertambangan batu bara tersebut untuk memenuhi kebutuhan kas perusahaan induk (HoldCo)," kata Hasnain.


Situasi ini juga menyebabkan BUMI menghadapi eksposur kredit yang sangat tinggi terhadap risiko lingkungan dan risiko sosial terkait operasi penambangan batu bara termal.


Moody's juga memperkirakan BUMI akan mempertahankan likuiditas yang sangat baik di tingkat perusahaan induk selama 18 bulan ke depan karena tidak ada komitmen belanja modal atau pengembalian pemegang saham di periode ini.


"Outlook  peringkat stabil, seiring kemampuan BUMI dalam mempertahankan likuiditas dan struktur permodalan dengan sangat baik karena menjalankan strategi pertumbuhan dan diversifikasi selama 12-18 bulan ke depan," tulis riset tersebut.


Adapun peringkat tersebut bisa meningkat bila BUMI menunjukkan rekam jejak tata kelola perusahaan yang solid dengan kebijakan keuangan yang konservatif mengenai investasi dan distribusi pemegang saham.


Kendati demikian, peringkat BUMI bisa merosot bila likuiditas perusahaan melemah sehingga dividen yang diterima anak perusahaan tidak mencukupi untuk menutup kebutuhan kas HoldCo dalam 12-18 bulan ke depan.


Selain itu, kebijakan keuangan maupun rencana BUMI yang berpotensi menghasilkan struktur permodalan yang tak berkelanjutan bisa jadi faktor penghambat. BUMI sebelumnya sukses melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau  private placement  Rp24 triliun (USD1,6 miliar) yang mana dana segar dari aksi korporasi tersebut dapat melunasi utang PKPU perusahaan.


Grup Salim pimpinan konglomerat Anthoni Salim menjadi investor di gelaran private placement tersebut. Alhasil, saat ini, BUMI dikendalikan secara bersama-sama oleh Grup Bakrie dan Grup Salim.


Beberapa waktu lalu, Direktur & Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava mengonfirmasi, utang BUMI senilai USD4,3 miliar yang direstrukturisasi berdasarkan putusan pengesahan perdamaian (homologasi) pasca- PKPU sejak 2017 silam tersebut bisa lunas setelah pelaksanaan  private placement.