EmitenNews.com—Emiten yang dimiliki oleh investor kawakan Lo Kheng Hong, PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) membukukan penjualan bersih Rp 8,29 triliun sepanjang semester I-2022. Capaian itu meningkat 14,18% dari periode yang saham tahun lalu yang sebesar Rp 7,26 triliun.


Dalam laporan keuangannya, GJTL mencatatkan beban pokok penjualan Rp 7,17 triliun selama enam bulan pertama tahun ini, meningkat ketimbang periode sama tahun 2021 yang sebesar Rp 6,07 triliun.


Alhasil, laba kotor perseroan sepanjang semester I-2022 adalah Rp 1,11 triliun, turun tipis dari enam bulan pertama tahun lalu yang berjumlah Rp 1,18 triliun.


Pada semester I-2022, GJTL membukukan beban penjualan Rp 436,09 miliar, beban umum dan administrasi Rp 310,76 miliar, beban keuangan Rp 303,71 miliar, kerugian kurs mata uang asing (bersih) Rp 90,70 miliar, bagian rugi bersih entitas asosasi dan ventura bersama Rp 52,51 miliar, penghasilan bunga Rp 25,95 miliar, dan keuntungan lain-lain Rp 11,89 miliar.


Sehingga, perseroan mencatatkan rugi sebelum pajak Rp 41,43 miliar. Padahal, pada semester I-2021, perseroan membukukan laba sebelum pajak Rp 142,15 miliar.


GTJL mencatatkan rugi yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 63,88 miliar pada semester I-2022. Berbalik dari laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 98,17 miliar pada semester I-2021.


Sebagai tambahan informasi, sebelumnya PT Gajah Tunggal (GJTL) membubarkan PT IRC Gajah Tunggal Manufacturing Indonesia (IGM). Likuidasi telah dilakukan sejak 29 Juni 2022. Hasil itu, berdasar akta pernyataan keputusan rapat nomor 209 pada 29 Juni 2022. 


IGM merupakan usaha hasil joint venture Gajah Tunggal bersama Inoue Rubber Co. Ltd. Di mana, Gajah Tunggal dalam manajemen IGM mengempit porsi kepemilikan saham sebanyak 50 persen.


Sayangnya, Gajah Tunggal tidak membeber alasan dan latar belakang pembubaran usaha patungan tersebut. Hanya, Gajah Tunggal menggaransi likuidasi IGM tidak berpengaruh negatif terhadap perseroan.


Artinya, fakta tersebut tidak mempunyai dampak material terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan atau kelangsungan usaha perseroan. ”Operasional perseroan berjalan normal,” tulis Kisyuwono, Direktur Gajah Tunggal.