Wall Street Jeblok, IHSG Cenderung Koreksi
Petugas kebersihan menyisir teras depan Bursa Efek Indonesia. FOTO - ISTIMEWA
EmitenNews.com - Indeks bursa Wall Street kemarin ditutup melemah cukup signifikan. Itu seiring soliditas data ekonomi justru menimbulkan kekhawatiran prospek pemangkasan suku bunga acuan, memicu kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah bertenor sepuluh tahun (+7 bps menjadi 4,69 persen, dan menekan saham sektor teknologi seperti Nvidia 6,22 persen.
Berdasar data Institute for Supply Management, pada Desember lalu sektor jasa Amerika Serikat (AS) tumbuh lebih cepat dari perkiraan (ISM Services PMI naik menjadi 54,1 dari sebelumnya 52,1 dan lebih tinggi dari konsensus 53.3), menambah kekhawatiran akan potensi tetap tingginya angka inflasi.
Aksi jual investor asing berlanjut, dan indeks bursa Wall Street berlanjut seiring kemunculan kekhawatiran investor akan prospek pemangkasan suku bunga acuan di AS diprediksi menjadi sentimen negatif pasar. Lonjakan sejumlah komoditas seperti minyak mentah, emas, nikel dan timah berpeluang menjadi katalis positif untuk indeks harga saham gabungan (IHSG).
Oleh karena itu, sepanjang perdagangan Rabu, 8 Januari 2025, IHSG diprediksi bergerak bervariasi cenderung melemah. Di mana, IHSG akan mengorbit kisaran support 7.025-6.965, dan resistance level di posisi 7.140-7.200.
Berdasar data itu, Retail Research CGS International Sekuritas Indonesia menyarankan pelaku pasar untuk mengoleksi sejumlah saham berikut. Yaitu, Japfa Comfeed (JPFA), RS Hermina (HEAL), Surya Semesta (SSIA), Pantai Indah Kapuk (PANI), Mayora Indah (MYOR), dan Mitratel (MTEL). (*)
Related News
IHSG Terkoreksi Tipis, Sektor Teknologi dan Konsumer Jadi Penekan
Menperin: Seluruh Kebutuhan Haji/Umroh Bisa Dipenuhi Industri Nasional
SUPA Masuk Top Gainer, IHSG Menguat di 8.715 pada Sesi I (17/12)
Kendalikan Banjir Jabodetabek, Pembangunan Tanggul Ciliwung Dilanjut
Prabowo Targetkan Papua Swasembada Pangan dalam Tiga Tahun
Pemerintah Hentikan Impor Solar Mulai Tahun Depan





