EmitenNews.com - Pada perdagangan akhir pekan lalu, indeks bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street ditutup menguat. Dow Jones melesat 216 poin (0,60 persen) menjadi 35.971, S&P500 surplus 45 poin (0,95 persen) ke level 4.712, Nasdaq bertambah 113 poin (0,73 persen) ke posisi 15.631, dan EIDO menukik 0,05 poin (0,21 persen) pada level 23,49. 


Lonjakan Wall Street itu, dipicu data inflasi inti sejalan ekspektasi di tengah inflasi umum mencatat rekor tertinggi 39 tahun terakhir yaitu sejak 1932. Berdasar data dari departemen tenaga kerja pada November lalu, inflasi AS mencapai level 6,8 persen secara tahunan, dan 0,8 persen secara bulanan, naik cukup tinggi dari bulan sebelumnya di kisaran 6,2 persen secara tahunan, dan sedikit lebih tinggi dari konsensus Dow Jones di kisaran 6,7 persen. 


Inflasi inti mengeluarkan komponen harga energi dan makanan tercatat 4,9 persen secara tahunan, dan 0,5 persen builanan, sejalan dengan konsensus. Sementara itu, kenaikan inflasi  beberapa kategori sebelumnya selalu membukukan kenaikan lebih tinggi dari ekspektasi seperti harga kendaraan bekas, penginapan, dan tiket pesawat, pada periode November tercatat lebih rendah dari perkiraan, menjadi sinyal inflasi kemungkinan sudah mencapai puncak.


Menurut Mino, Equity Analis Indo Premier Sekuritas lompatan Wall Street akan menjadi sentimen positif pasar. Sementara itu, kenaikan sejumlah harga komoditas seperti minyak mentah, Crude Palm Oil (CPO), emas, dan batu bara berpeluang menjadi tambahan sentimen positif indeks harga saham gabungan (IHSG). 


Indeks akan bergerak bervariasi cenderung menguat dengan support level 6.610, dan resistance level 6.690. Sejumlah saham laik beli antara lain MAPI dengan support Rp765, resisten Rp785, SMRA support Rp880, resisten Rp910, MNCN support Rp960, resisten Rp980, dan PGAS support Rp1.480, resisten Rp1.515. (*)