EmitenNews.com - Pada perdagangan kemarin indeks bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street ditutup melemah. Dow Jones minus 0,06 poin (0,00 persen) menjadi 35.755, S&P 500 tekor 34 poin (0,72 persen) ke level 4.667, Nasdaq terkoreksi 270 poin (1,71 persen) pada posisi 15.517, dan EIDO melepuh 0,10 poin (0,42 persen) ke level 23,54.


Koreksi Wall Street terjadi setelah selama tiga hari beruntun mengalami kenaikan cukup signifikan. Aksi ambil untung, dan sikap hati-hati investor menjelang rilis data inflasi November Jumat ini, menjadi pendorong pelemahan indeks. Saham-saham sektor transportasi mengalami koreksi cukup tajam. Norwegian Cruise Lines tekor 1,56 persen, dan Carnival minus 1,69 persen, emiten agen perjalanan seperti Expedia melemah 1,5 persen, dan Booking Holdings minus 1,7 persen. 


Sementara itu, pada akhir pekan ini departemen tenaga kerja akan melaporkan data inflasi November menurut konsensus berada pada level 6,7 persen, lebih tinggi dari sebelumnya 6,2 persen. Kalau benar-benar tercapai, merupakan angka inflasi tertinggi sejak 1982. 


Angka inflasi tinggi itu, juga diprediksi membuat the Fed mempercepat penarikan stimulus moneter. Salah satunya meningkatkan jumlah penarikan program pembelian obligasi senilai USD30 miliar dari sebelumnya USD15 miliar. 


Menurut Mino, Equity Analis Indo Premier Sekuritas koreksi Wall Street akan menjadi sentimen negatif pasar. Sementara itu, lanjutan kenaikan harga batu bara, dan tanda-tanda window dressing akan menjadi katalis positif indeks harga saham gabungan (IHSG). Indeks diprediksi bergerak bervariasi cenderung menguat dengan support level 6.605, dan resistance level 6.685. 


Sejumlah saham laik koleksi antara lain ICBP dengan support Rp8.875, resisten Rp9.025, TLKM support Rp4.100, resisten Rp4.200, ASII support Rp5.900, resisten Rp6.100, dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dengan support Rp4.170, dan resisten Rp4.230. (*)