EmitenNews.com - Indeks bursa Wall Street akhir pekan lalu ditutup melemah. Itu terjadi setelah presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif untuk barang impor asal Kanada. Pungutan tersebut akan mulai berlaku efektif sejak 1 Agustus 2025 mendatang.

Menurut Trump Fentanyl menjadi alasan utama pemberlakuan tarif impor lebih tinggi tersebut. Kalau Kanada melakukan aksi balasan, tarif impor tersebut juga akan kembali dinaikkan. Pemberlakuan tarif 35 persen akan dikecualikan dari tarif sektoral seperti tarif impor 50 persen untuk baja & alumunium, 25 persen untuk otomotif, dan 50 persen untuk tembaga.

Sementara itu, selain menaikkan tarif impor dari Kanada, Trump juga berencana menerapkan tarif impor sebesar 15-20 persen, lebih tinggi dari tarif dasar 10 persen untuk mitra dagang yang belum menerima surat pemberitahuan. Aksi beli investor asing mulai bermunculan, lonjakan harga beberapa komoditas akan menjadi sentimen positif pasar.

Selain itu, pengeluaran Barito Energy (BREN), Petrosea (PTRO), dan Petrindo Jaya (CUAN) dari pengecualian oleh MSCI, diprediksi menjadi katalis positif untuk indeks harga saham gabungan (IHSG). Sementara itu, koreksi Wall Street berpeluang menjadi katalis negatif pasar. 

Oleh sebab itu, indeks diprediksi bergerak bervariasi cenderung menguat. Sepanjang perdagangan hari ini, Senin, 14 Juli 2025, indeks akan bergerak dengan kisaran support 7.000-6950, dan resistance level di posisi 7.095-7.140. 

Menilik data dan fakta tersebut, Retail Research CGS International Sekuritas Indonesia menyarankan para investor untuk mengoleksi sejumlah saham berikut. Yaitu, Semen Indonesia (SMGR), Bank Mandiri (BMRI), Bank BNI (BBNI), Petrosea (PTRO), AKR Corporindo (AKRA), dan Rukun Raharja (RAJA). (*)