EmitenNews.com - Indeks bursa Wall Street akhir pekan lalu ditutup melemah. Itu dipicu kekhawatiran investor terhadap potensi perlambatan ekonomi Amerika Serikat (AS) paska rilis data nonfarm payrolls lebih rendah dari perkiraan. 

Berdasar data Biro Statistik Ketenagakerjaan AS, pada Agustus 2025 lalu hanya ada penambahan jumlah pekerja sebanyak 22 ribu lebih rendah dari sebelumnya mengalami revisi naik menjadi 79 ribu. Jauh berbeda dengan perkiraan akan ada penambahan jumlah pekerja sebanyak 75 ribu. 

Sementara itu, seperti diperkiraan sebelumnya tingkat pengangguran meningkat menjadi 4,3 persen dari sebelumnya 4,2 persen. Selain menimbulkan kekhwatiran terhadap prospek perlambatan ekonomi, data ketenagakerjaan lemah tersebut juga makin memperkuat peluang pemangkasan suku bunga acuan pada pertengahan bulan ini.

Menyusul koreksi indeks bursa Wall Street, pelemahan mayoritas harga komoditas, dan aksi jual investor asing berlanjut diprediksi menjadi sentimen negatif pasar. Sementara itu, lonjakan harga emas seiring peluang pemangkasan suku bunga acuan The Fed makin besar diprediksi menjadi sentimen positif untuk indeks harga saham gabungan (IHSG). 

Indeks diprediksi bergerak bervariasi cenderung menguat. So, sepanjang perdagangan hari ini, Senin, 8 September 2025, indeks akan menyusuri kisaran support 7.825-7.785, dan resistance 7.910-7.950. Berdasar data itu, Retail Research CGS International Sekuritas Indonesia menyarankan investor mengoleksi sejumlah saham berikut.

Yaitu, Bank Mandiri (BMRI), Japfa Comfeed (JPFA), Telekomunikasi Indonesia alias Telkom (TLKM), Medikaloka Hermina alias RS Hermina (HEAL), Charoen Pokphand (CPIN), dan Astra International (ASII). (*)