Ada 3 Kontrak Besar, SOLA Pede Pendapatan 2025 Naik 65 Persen

Jajaran Manajemen PT Xolare RCR Energy Tbk (SOLA). DOK/ISTIMEWA
EmitenNews.com -Perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan, jasa konstruksi, dan industri pengolahan aspal, PT Xolare RCR Energy Tbk (SOLA), memproyeksikan pendapatan sepanjang 2025 mencapai Rp196,8 miliar atau meningkat 65,1% (year-on-year).
Menurut Direktur Utama PT Xolare RCR Energy Tbk, Mochamad Bhadaiwi, pendapatan SOLA untuk Tahun Buku 2025 diproyeksikan sebesar Rp196,8 miliar. Angka ini meningkat 65,1% dibandingkan perolehan sepanjang 2024 yang senilai Rp118,63 miliar.
Ia menyebutkan bahwa proyeksi kinerja pendapatan tersebut didasarkan pada Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) Tahun Buku 2025, dengan perkiraan laba bersih yang akan mencapai Rp21,29 miliar atau meningkat 318% dibandingkan realisasi 2024 yang sebesar Rp6,66 miliar.
"Perseroan akan mampu membukukan pendapatan dan laba bersih sesuai RKAP 2025, berkat sejumlah kontrak baru yang progresnya diperkirakan terealisasi pada akhir 2025," ujar Bhadaiwi pada ketarangan yang diterima, (22/06/2025).
Proyeksi pendapatan tersebut akan ditopang oleh penyelesaian proyek dan kontrak baru senilai Rp484,92 miliar. Beberapa proyek tersebut antara lain, penyelesaian kontrak jalan hauling sepanjang 5 km senilai Rp49 miliar oleh anak usaha SOLA, PT Aplikasi Bitumen Indonesia (ABI). Perolehan kontrak jalan hauling sepanjang 36 km senilai Rp277,2 miliar oleh ABI. Perolehan kontrak jalan hauling sepanjang 50,5 km senilai Rp416,97 miliar oleh KSO Arung-ABI, di mana ABI memiliki porsi 40% atau setara Rp166,78 miliar dan kontrak pasokan Aspal Emulsi sebanyak 3.800 MT senilai Rp40,96 miliar oleh PT Modifikasi Bitumen Indonesia, anak usaha SOLA.
Pada 8 Mei 2024, SOLA secara resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah sukses menggelar penawaran umum perdana saham (IPO) dan menggalang dana publik sebesar Rp72,19 miliar. “Melalui langkah ini, Perseroan terus merencanakan ekspansi usaha di bisnis perdagangan aspal dan jasa konstruksi,” ujar Bhadaiwi.
Lebih lanjut, Bhadaiwi menyampaikan bahwa pada Tahun Buku 2024, Perseroan menghadapi tantangan industri akibat ketidakpastian ekonomi global, inflasi tinggi, serta perubahan regulasi dan kebijakan pemerintah. Isu keberlanjutan juga menjadi faktor penting yang mendorong Perseroan untuk terus beradaptasi.
Manajemen SOLA menyebutkan bahwa gangguan pasokan dan perubahan permintaan konsumen turut menambah tantangan, sehingga dibutuhkan strategi yang fleksibel dan inovatif dalam pengelolaan biaya, peningkatan efisiensi, serta pemenuhan tuntutan pasar dan regulasi yang terus berkembang.
Sepanjang 2024, Perseroan berhasil menunjukkan perbaikan kinerja keuangan. Pendapatan tercatat sebesar Rp119,08 miliar, meningkat 43,05% dibandingkan pendapatan Tahun Buku 2023 yang sebesar Rp83,24 miliar.
Peningkatan tersebut mencerminkan perbaikan aktivitas bisnis dan efektivitas strategi yang dijalankan. Dari sisi laba bersih, SOLA mencatatkan Rp6,66 miliar pada 2024, naik dari Rp5,95 miliar pada 2023. Namun, net profit margin SOLA pada 2024 tercatat turun 1,54%, menunjukkan masih adanya tantangan pada sisi profitabilitas.
Total aset per 31 Desember 2024 mencapai Rp184,51 miliar atau meningkat 71,6% secara tahunan (y-o-y). Pendapatan SOLA pada 2024 bersumber dari perdagangan aspal sebesar Rp32,99 miliar dan jasa konstruksi sebesar Rp86,01 miliar. Capaian ini didorong oleh meningkatnya pembangunan sektor infrastruktur di Indonesia yang berdampak pada kenaikan permintaan jasa konstruksi dan produk aspal.
Bhadaiwi meyakini bahwa kebutuhan infrastruktur di Indonesia akan terus meningkat, terutama karena masih terdapat ketimpangan kualitas infrastruktur antara Pulau Jawa dan luar Jawa. Oleh karena itu, pengembangan pasar jasa konstruksi jalan di luar Jawa oleh anak usaha SOLA, yang juga menggunakan material hasil produksi entitas anak lainnya, diharapkan dapat meningkatkan sinergi dan nilai tambah bagi bisnis Perseroan.
“Prospek industri perdagangan aspal, jasa konstruksi, dan pengolahan aspal modifikasi di Indonesia sangat menjanjikan. Pemerintah terus mendorong pembangunan infrastruktur, termasuk jalan raya, tol, dan bandara, yang akan meningkatkan kebutuhan aspal setiap tahunnya—baik untuk proyek baru maupun pemeliharaan jalan eksisting,” ujar Bhadaiwi.
Terkait fluktuasi harga saham SOLA sejak April 2025, manajemen Perseroan menyampaikan tanggapannya sebagai bentuk komitmen terhadap keterbukaan informasi kepada publik, sesuai prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) dan ketentuan pasar modal Indonesia.
Manajemen menyadari bahwa pergerakan harga saham ditentukan oleh persepsi dan penilaian investor sesuai mekanisme pasar. Mereka menilai bahwa fluktuasi harga saham dipengaruhi oleh sentimen positif terkait perolehan sejumlah kontrak baru.
Kontrak-kontrak baru dengan nilai besar pada 2025 antara lain kontrak jalan hauling 36 km senilai Rp277,2 miliar oleh PT Aplikasi Bitumen Indonesia, kontrak jalan hauling 50,5 km senilai Rp416,97 miliar oleh KSO Arung-ABI, dengan porsi ABI sebesar 40% atau Rp166,78 miliar, Kontrak supply Aspal Emulsi 3.800 MT senilai Rp40,96 miliar oleh PT Modifikasi Bitumen Indonesia.
Perolehan kontrak-kontrak bernilai besar tersebut berpotensi meningkatkan kinerja keuangan SOLA secara signifikan. Selain itu, manajemen juga mencermati masuknya investor institusi asing sebagai sinyal positif bahwa saham SOLA memiliki prospek jangka panjang. Manajemen memahami bahwa faktor eksternal seperti fluktuasi nilai tukar rupiah dan harga komoditas juga memengaruhi persepsi risiko pasar, karena Perseroan masih menggunakan sejumlah komponen impor. Oleh karena itu, SOLA menegaskan komitmennya untuk menjaga keterbukaan informasi guna mempertahankan kepercayaan pasar dan reputasi perusahaan.
Related News

Bos BMBL Ungkap Pengendali Divestasi 8 Juta Lembar di FCA

Loyalty Poin 2025 BRI, Hadiahnya Mobil Listrik Hingga Smartwatch!

Bos HEAL Borong Saham Lagi! Ada Tujuan?

Alam Sutera (ASRI) Absen Bagi Dividen

4 Calon Emiten Serentak Gelar Book Building Besok, Pilih Mana?

Cum Date 26 Juni, DVLA Umbar Sisa Dividen Rp67 per LembarĀ