BBNI Naik 2,8%, Tertinggi di Saham Bank BUMN, Kenapa?

Gedung kantor pusat BNI
EmitenNews.com -Likuiditas masih menjadi fokus pelaku pasar terhadap perbankan di Indonesia. Hingga semester I-2025, likuiditas perbankan diperkirakan masih ketat karena musim pembayaran dividen dan momentum Ramadan-Idul Fitri.
Namun pada semester II-2025, kondisi likuiditas diperkirakan bisa membaik. Penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) ditambah dengan kebijakan baru pemerintahan Presiden Prabowo Subianto mengenai Devisa Hasil Ekspor (DHE) akan mendongkrak likuiditas perbankan Tanah Air.
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Januari 2025, BI secara mengejutkan menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%. Mengejutkan karena tidak ada satupun analis yang memperkirakan hal tersebut.
Kemudian, pemerintah juga merevisi aturan mengenai DHE. Per 1 Maret 2025, DHE wajib disimpan 100% di dalam negeri dengan jangka waktu setahun dari sedikitnya 30% selama 3 bulan.
“Dalam pandangan kami, penurunan BI Rate yang mengejutkan, tren penurunan
kurva imbal hasil SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia) baru-baru ini, dan revisi peraturan repatriasi Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) akan membantu meringankan beberapa tantangan likuiditas dan tekanan biaya dana (cost of fund),” sebut riset CGS International.
Dalam lelang SRBI 24 Januari 2025, rata-rata bunga yang diberikan untuk tenor 3 bulan, 9 bulan, dan 12 bulan masing-masing adalah 6,72%, 6,75%, dan 6,84%. Turun dibandingkan lelang 17 Januari 2025 yaitu masing-masing 6,85%, 6,91%, dan 6,98%.
Perbaikan Likuiditas BBNI
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) diperkirakan menjadi salah satu yang merasakan dampak positif dari perbaikan kondisi likuiditas tersebut. BBNI memperkirakan penyaluran kredit tumbuh 8-10% tahun ini ditopang kondisi likuiditas yang membaik, lanjut riset CGS.
Inisiatif strategis utama BBNI tahun ini melalui transformasi digital dan cabang, merupakan upaya yang dilakukan perseroan dalam memperkuat CASA franchise dan meningkatkan pendanaan berbiaya rendah.
"Aplikasi mobile banking wondr, membantu meningkatkan transaksi nasabah ritel BBNI. Berkat aplikasi baru, pengguna aktif meningkat dari 30% pada aplikasi lama menjadi 65% saat ini. Wondr memiliki 5.3 juta pengguna per Desember 2024, dengan penambahan hampir 1 juta pengguna per bulan,” tulis riset CGS.
Namun demikian, CGS menilai kemajuan transformasi pendanaan BBNI belum diakui oleh pasar karena investor masih berfokus pada kualitas kredit dan penjaminan sejak manajemen baru.
Pada perdagangan Jumat (31/1/2025), harga saham BBNI ditutup di Rp 4.770. Melonjak 2,8% dari hari sebelumnya.
Kenaikan 2,8% juga menjadi yang tertinggi di antara saham bank-bank milik negara. Hari ini, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) melemah 1,2%, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) bertambah 2,4%, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) terangkat 2,5%, dan PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk (BRIS) naik 1,7%.
CGS pun mempertahankan rating buy bagi BBNI dengan target harga di Rp 6.000. Artinya, ada peluang keuntungan hingga 25,79% dari posisi saat ini.
Related News

Trimegah Sekuritas Indonesia (TRIM) Siap Lunasi Obligasi Rp388 Miliar

Tambah Kepemilikan, Robby Kini Kuasai 11,34 Persen Saham WOWS

11 Juli 2025, Satu Visi Putra (VISI) Siap Bagikan Dividen Rp3 Miliar

Ditunjuk Pimpin Amman Mineral (AMMN), Arief Sidarto Berterima Kasih

Emiten Tommy Soeharto (GTSI) Ini Setujui Bagi Dividen Rp23,7 Miliar

Dividen Rp1,62 Miliar, CHIP Targetkan Kinerja Tumbuh 10 Persen di 2025