Begini Strategi Investasi Terbaik di Tengah Volatilitas IHSG

logi bola dunia di gedung bursa efek indonesia. FOTo/Rizki EmitenNews.com
EmitenNews.com -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah menunjukkan volatilitas yang signifikan sejak akhir tahun 2024 hingga awal 2025. Faktor-faktor seperti ketidakpastian ekonomi global, fluktuasi harga komoditas, serta kebijakan moneter domestik dan internasional telah menjadi katalis utama pergerakan pasar saham Indonesia. Namun bagi investor jangka panjang, situasi ini menghadirkan tantangan sekaligus peluang.
Volatilitas sering kali membuat investor ragu untuk mengambil keputusan investasi karena ketidakpastian arah pasar. Namun, bagi mereka yang memiliki strategi yang matang dan disiplin, volatilitas justru dapat dimanfaatkan untuk membangun portofolio yang kuat dengan potensi imbal hasil optimal dalam jangka panjang.
- Investasi di Saham dengan Dividend Yield Tinggi untuk Passive Income Rutin
Di tengah volatilitas pasar saham, membeli saham-saham dengan dividend yield yang tingg ini menjadi opsi strategi menarik bagi investor yang menginginkan stabilitas pendapatan. Saham dengan dividend yield tinggi memberikan keuntungan berupa passive income yang konsisten, bahkan ketika harga saham mengalami fluktuasi tajam. Strategi ini sangat relevan di kondisi pasar seperti saat ini, di mana ketidakpastian global dan domestik memengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Dividend yield dihitung dengan membagi total dividen per saham dengan harga sahamnya, sehingga semakin rendah harga saham, semakin tinggi yield yang diperoleh. Pada tahun 2024 hingga awal 2025, banyak emiten besar di sektor energi, keuangan, dan infrastruktur mencatatkan dividend yield yang menarik.
Contohnya adalah PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC), PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), yang menawarkan yield lebih dari 10% berkat kinerja bisnisnya yang bagus. Selain itu, saham-saham perbankan seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga menjadi favorit investor karena dividend yield nya juga cukup besar di sekitar 6-8% ditambah juga dengan adanya potensi pertumbuhan laba dari emiten bank seiring dengan ekonomi yang bertumbuh.
Namun, penting bagi investor untuk tidak hanya mengandalkan dividen sebagai satu-satunya sumber keuntungan. Potensi capital gain dari kenaikan harga saham juga perlu dipertimbangkan. Oleh karena itu, strategi kombinasi yang mengutamakan dividend yield tinggi sekaligus memperhatikan fundamental perusahaan sangat dianjurkan untuk memaksimalkan keuntungan jangka panjang.
- Mencari Saham Perusahaan Bagus di Harga Diskon
Di tengah gejolak pasar, mencari saham perusahaan yang kinerjanya bagus dengan harga diskon menjadi strategi yang sangat efektif. Penurunan harga saham tidak selalu mencerminkan buruknya fundamental perusahaan. Seringkali hal ini disebabkan oleh sentimen pasar yang negatif atau faktor eksternal yang tidak berhubungan dengan kinerja perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu, analisis mendalam terhadap fundamental perusahaan sangat penting.
Investor perlu mengidentifikasi perusahaan dengan model bisnis yang kuat, revenue dan profitnya bertumbuh, utang yang kecil & cadangan kas yang banyak, arus kas / cashflow yang sehat, serta manajemen yang jujur dan kompeten. Saham-saham blue-chip sering kali menjadi pilihan utama karena cenderung lebih tahan terhadap tekanan pasar. Dengan membeli saham perusahaan bagus pada harga diskon, investor tidak hanya mendapatkan potensi capital gain yang besar saat harga kembali pulih, tetapi juga dapat menikmati dividend yield yang lebih besar.
- Diversifikasi Aset
Diversifikasi adalah salah satu cara paling efektif untuk mengelola risiko di tengah volatilitas. Dengan menyebar investasi ke berbagai sektor atau instrumen keuangan lainnya seperti Obligasi Pemerintah, Reksadana Pendapatan Tetap, atau Reksadana Pasar Uang, investor dapat melindungi portofolio mereka dari kerugian besar akibat penurunan nilai aset tertentu.
Obligasi Pemerintah Indonesia (ORI atau SR) misalnya, menawarkan imbal hasil tetap dengan risiko rendah sehingga cocok sebagai penyeimbang portofolio saham. Sementara itu, reksadana pasar uang memberikan likuiditas tinggi dan stabilitas nilai.
- Menjaga Likuiditas Aset
Memiliki cadangan dana tunai (cash) adalah langkah strategis dalam menghadapi volatilitas IHSG. Likuiditas memungkinkan investor untuk memanfaatkan peluang ketika harga saham berada di level undervalued akibat sentimen negatif sementara. Namun, penting untuk memastikan bahwa keputusan pembelian didasarkan pada analisis fundamental dan bukan sekadar spekulasi.
Strategi Dollar Cost Averaging (DCA) juga dapat diterapkan untuk mengurangi risiko akibat fluktuasi harga. Dengan membeli saham secara berkala dalam jumlah tertentu tanpa memperhatikan harga pasar saat itu, investor dapat memperoleh rata-rata harga beli yang lebih baik dalam jangka panjang.
- Mempelajari Makroekonomi & Mengantisipasi Risiko
Volatilitas IHSG tidak lepas dari pengaruh faktor eksternal seperti kebijakan suku bunga The Fed, perang dagang global, atau dinamika geopolitik lainnya. Oleh karena itu, menambah ilmu tentang makroekonomi global sangat penting bagi investor jangka panjang.
Di sisi domestik, perhatian terhadap kebijakan Bank Indonesia terkait suku bunga acuan serta perkembangan ekonomi nasional juga harus menjadi bagian dari analisis investasi. Sektor- sektor tertentu seperti perbankan atau komoditas mungkin lebih rentan terhadap perubahan kebijakan ini dibandingkan sektor lain seperti barang konsumsi primer atau utilitas.
- Menjaga Psikologi Investasi : Disiplin dan Sabar
Salah satu tantangan terbesar bagi investor jangka panjang adalah menjaga emosi tetap terkendali di tengah volatilitas pasar. Ketakutan akan kerugian sering kali mendorong investor untuk menjual aset mereka pada waktu yang tidak tepat. Sebaliknya, keserakahan dapat membuat mereka mengambil risiko berlebihan tanpa pertimbangan matang.
Oleh karena itu, memiliki rencana investasi yang jelas serta disiplin dalam menjalankannya sangat penting untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang. Investor juga disarankan untuk rutin mengevaluasi portofolio mereka agar tetap sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi.
Kesimpulan
Related News

Skenario Pemulihan IHSG: Kapan Investor Bisa Optimis Lagi?

Bursa Saham AS Ambruk, Sektor Ini Malah Naik

Mengapa Ekonomi China Kuat?

Prospek IHSG Kedepannya Berpotensi Cerah, Ini Alasannya

Sawit dan Batu Bara Jadi Pedang Bermata Dua Menuju Masa Depan Bersih

Strategi Indonesia Hadapi Kebijakan Trump: Diplomasi atau Konfrontasi?