EmitenNews.com - Fluktuasi saham Garuda Indonesia (GIAA) menjadi perhatian Bursa Efek Indonesia (BEI). Pasalnya, dalam lima hari terakhir, saham emiten aviasi tersebut longsor 13,41 persen alias 11 poin ke posisi Rp71 per eksemplar. 


Pada Senin, 18 Desember 2023 lalu, saham Garuda bertengger di level Rp82 per lembar. Dan, hingga sesi I perdagangan Jumat, 22 Desember 2023, saham Garuda berayun di kisaran Rp71 per saham. Kalau dikalkulasi sebulan terakhir, saham Garuda telah inflasi 16,47 persen alias 14 poin.


Merespons itu, manajemen Garuda Indonesia menyebut fakta material atau kejadian penting terkini mengenai pelunasan sebagian surat utang & sukuk (Bond Retirement). Kreditur yang memiliki surat utang baru itu, juga merupakan pihak yang mendapat distribusi saham dalam proses konversi utang saat private placement, bagian dari hasil homologasi PKPU telah disahkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. 


Dengan demikian, dimungkinkan informasi mengenai bond retirement tersebut mempengaruhi keputusan pemegang saham untuk melakukan transaksi terhadap efek perseroan. ”Selain itu, saat ini tidak ada informasi material lain dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perseroan atau mempengaruhi harga saham perseroan. Perseroan akan senantiasa memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan berlaku, khususnya bidang pasar modal,” jelas Irfan Setiaputra, CEO Garuda Indonesia.


Nah, sehubungan dengan rencana penguatan ekosistem pariwisata di Indonesia, saat ini langkah/program terkait masih dalam pembahasan, diskusi antara pemegang saham utama, dan para stakeholder. ”Kalau ada informasi lebih lanjut akan kami sampaikan sesuai ketentuan berlaku,” imbuh Irfan. (*)