Benih Lobster Indonesia Unggul, Tetapi Kalah Saing dengan Vietnam

Ilustrasi Indonesia unggul sumber daya alam berupa kelimpahan benih lobster laut dibandingkan Vietnam. dok. Merdeka.
EmitenNews.com - Indonesia harus berbenah, agar bisa menciptakan keunggulan di berbagai bidang. Salah satunya. Indonesia memiliki keunggulan sumber daya alam berupa kelimpahan benih lobster laut dibandingkan Vietnam. Namun, kontinuitas suplai benih, keterbatasan teknologi, dan hambatan pemasaran global menjadi faktor penghambat daya saing budidaya lobster nasional.
Mengutip website ipb.ac.id, Kamis (10/7/2025), Pakar Akuakultur IPB University, Dr Kukuh Nirmala mengungkapkan hal tersebut dalam analisisnya mengenai peluang dan tantangan pengembangan komoditas bernilai tinggi itu.
Benih lobster alam di Indonesia sering terhambat oleh faktor musim, perubahan lingkungan, penangkapan berlebih, hingga penyelundupan ke luar negeri. Di sisi lain, pengembangan pembenihan lobster dalam negeri belum berkembang optimal.
“Kegiatan budidaya pembenihan lobster di Indonesia masih sangat terbatas, biaya investasinya mahal, teknologi belum sepenuhnya dikuasai, dan permintaan benih dari pembudidaya dalam negeri tidak banyak,” ungkap dosen Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University itu.
Meski demikian, faktor utama yang membuat Indonesia tertinggal dari Vietnam bukan pada teknologi atau sumber daya manusia, melainkan pada hambatan logistik dan akses pasar global.
Menurut Kukuh Nirmala, lokasi geografis importir di Asia lebih mudah dicapai Vietnam daripada Indonesia. Apalagi jika budi daya kita di Maluku, Kalimantan, Nusa Tenggara Barat (NTB), atau Jawa. Negara importir lebih menyukai lobster hidup, sehingga biaya transportasi kita lebih tinggi.
Akibatnya, harga jual lobster Indonesia di pasar internasional menjadi lebih mahal. Mengacu pada informasi dari pembudidaya lobster di Sumatera Utara, Kukuh mencatat, harga jual lobster laut kita lebih mahal Rp60 ribu daripada Vietnam. Tentu saja, Indonesia kalah bersaing.
Untuk mendukung produktivitas pembudidaya kecil, IPB University telah mengembangkan sejumlah teknologi siap terapan. Beberapa teknologi sudah dilakukan, di antaranya kompartemen pencegah kanibalisme, RAS untuk budi daya di bak, dan transportasi hidup lobster.
Namun, tantangan pada fase pembesaran tetap perlu mendapat perhatian serius. Tantangan di pembesaran adalah menekan kanibalisme, efisiensi pakan, percepatan pertumbuhan, dan transportasi hidup.
Di sini pentingnya sinergi berkelanjutan antara riset perguruan tinggi dan kebutuhan dunia usaha. Kukuh Nirmala menegaskan, perlu dibuat secara rutin dan periodik ajang berbagi informasi masalah lapang, seminar hasil penelitian dengan mengundang pelaku usaha, serta kolaborasi penyediaan demplot.
“Harapannya upaya-upaya tersebut dapat meningkatkan efisiensi dan daya saing budidaya lobster Indonesia di pasar global,” kata Pakar Akuakultur IPB University, Dr Kukuh Nirmala. ***
Related News

Startup AI Asal Indonesia Unjuk Taring di Kancah Dunia

Kasus Baru, Kejagung Tetapkan Zarof Ricar Tersangka Suap Perkara

Kejagung Tetapkan 9 Tersangka Kasus Korupsi Minyak, Ada Riza Chalid

Anomali Curah Hujan, Indonesia Kemarau Basah Hingga Oktober 2025

DPR-Pemerintah, Kasus Penghinaan Presiden Bisa Selesai Melalui RJ

Respon Tarif Trump, Kepala Banggar DPR Sarankan Ini Kepada Pemerintah