EmitenNews.com - PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) hingga akhir 2021 mencatatkan penjualan sebesar Rp8,407 triliun atau anjlok 39,13 persen dibandingkan tahun 2020, yang tercatat sebesar Rp13,89 triliun.


Meski beban pokok dapat ditekan sedalam 39,1 persen menjadi Rp7, 613 triliun, tapi laba kotor anjlok 42,9 persen menjadi Rp793,99 miliar. Namun perseroan dapat membukukan laba usaha sebesar Rp226,06 miliar, atau membaik dibandingkan tahun 2020 yang mencatatkan rugi usaha Rp2,422 triliun.

 

Dalam laporan keuangan tahun 2021 telah audit emiten rokok itu yang diunggah pada laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (7/4/2022), bahwa kondisi tersebut diatas, ditopang beban penjualan yang dapat ditekan sedalam 53,84 persen, dan tersisa Rp594,4 triliun.

 

Selain itu, perseroan dapat membukukan keuntungan lainnya sebesar Rp533,05 miliar, sedangkan di tahun 2020 mencatatkan kerugian lain-lain senilai Rp1,794 triliun. Dalam keterangannya, perseroan hanya menuliskan lain lain bersih senilai Rp486,17 miliar.

 

Disamping mencatatkan nilai aset tetap Rp2,4 miliar, berbanding terbalik dengan tahun 2020 yang mencatatkan penurunan nilai aset tetap sedalam Rp1,378 triliun. Dengan hasil itu, perseroan berhasil membukukan laba bersih senilai Rp7,971 miliar, atau membaik dibandingkan tahun 2020 yang tercatat rugi bersih Rp2,666 triliun.

 

Sementara itu, aset perseroan turun 25 persen menjadi Rp9,392 triliun karena tahun 2021 tidak lagi mencatatkan pinjaman pihak berelasi, sedangkan di tahun 2020 tercatat senilai Rp2,5 triliun.

 

Dalam catatan 32, emiten rokok ini mengaku bahwa pandemi covid-19 sejak tahun 2020 menyebabkan penurunan perekonomian dalam negeri. Indikasinya, antara lain ditandai dengan melemahnya nilai tukar rupiah dan menurunnya harga-harga sekuritas di pasar modal.

 

Namun setelah periode pelaporan, didapati bahwa nilai tukar Rupiah menguat. Adapun dampak dari menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap laba sebelum pajak periode berjalan telah diungkapkan dalam Catatan 27. Jelasnya, Rupiah menguat terhadap mata uang Dolar Amerika Serikat senilai 0,77 persen, Euro melemah senilai 2,79 persen, dan Dolar Singapura melemah senilai 0,20 persen.

 

Jika aset dan liabilitas moneter diatas, diukur dengan menggunakan kurs tersebut, dengan seluruh variabel lain tetap, maka laba sebelum pajak periode berjalan bertambah sebesar Rp28,616  miliar. Namum dampak pandemi Covid-19 masih dapat diatasi meskipun terdapat ketidakpastian mengenai dampak kondisi ini terhadap kegiatan usaha perseroan dimasa mendatang.