EmitenNews.com - PT PLN (Persero) bisa memainkan peran lebih besar dalam program pemerintah mencapai target emisi nol bersih. BUMN kelistrikan itu dapat menjadi tulang punggung Indonesia dalam ikhtiar transisi energi menuju emisi nol bersih (NZE). Pasalnya, PLN memiliki andil besar dalam menekan emisi, terutama di sektor ketenagalistrikan.

Sejauh ini, mayoritas pembangkit listrik di Tanah Air masih sangat bergantung pada energi fosil, khususnya batu bara. Berdasarkan data Energy Institute, persentase penggunaan batu bara untuk energi primer di Indonesia mencapai 45 persen. Karena itu, PLN dinilai memegang peranan strategis untuk bisa mendorong transisi ke arah energi baru dan terbarukan (EBT).

"Sebagai upaya mendukung upaya transisi energi, perseroan sedang merevisi rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL)," kata Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN, Evy Haryadi dalam keterangan di Jakarta, Rabu (6/3/2024).

Evy Haryadi mengemukakan hal itu saat berbicara dalam Indonesian Data Economic and Conference (IDE) Katadata 2024. Dia mengatakan dalam RUPTL 2021-2030, rencana pengembangan pembangkit listrik mencapai 40,6 giga watt (GW). 

Dari jumlah tersebut, sebanyak 20,9 GW atau 52 persen berasal dari EBT dan RUPTL tersebut diyakini menjadi yang paling hijau sepanjang sejarah Indonesia.

PLN juga menyusun perencanaan baru yang akan berlaku sampai 2040. PLN membidik penambahan porsi pembangkit listrik EBT mencapai 60 gigawatt (GW). Dari jumlah tersebut, sebanyak 75 persen di antaranya merupakan pembangkit EBT, seperti air, surya, dan panas bumi. Sisanya 25 persen akan berasal dari gas.

PLN membidik pengurangan emisi CO2 dari berbagai upaya transisi energi tersebut mencapai 3,7 miliar ton. 

Untuk mengurangi pemakaian fosil, PLN menghapus dari perencanaan ihwal pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sebesar 13,3 GW. 

"Kami berkomitmen tidak lagi membangun PLTU baru, kecuali yang sedang berjalan," kata Evy Haryadi. ***